Opini  

Digitalisasi Perkaderan HMI

Oleh Sahabudin Letsoin*

Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap di Britania Raya oleh James Watt, di abad 18 masehi. Kemudian penemuan-penemuan lain bermunculan untuk menyempurnakan penemuan-penemuan sebelumnya: listrik, kereta api dan lain-lain. Sejarah umat manusia pun tiba pada Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan kemunculan artificial intelegencia, big data, internet of things, dan cyber security. Bahkan di Jepang, society 5.0 telah dinikmati masyarakat.

BPL PB HMI menjadikan modernisasi perkaderan HMI sebagai salah satu tujuan prioritas yang hendak dicapai dalam kepengurusan periode sekarang. Bidang Digitalisasi sebagai penggerak akan modernisasi perkaderan telah merancang berbagai program untuk menjawab tantangan disrupsi multidimensional: perkaderan HMI harus adaptif dan berkemajuan. Beberapa program kerja yang akan dan sudah dilaksanakan yakni: Pusat Informasi Training HMI; podcast; website; dan Sekolah Digitalisasi Instruktur.

Pusat Informasi Training HMI bertujuan untuk mempermudah kader HMI di seluruh Indonesia untuk mengupdate informasi pelatihan yang akan dilaksanakan. Informasi yang tersedia bersifat akurat dan legal berdasarkan informasi langsung dari penyelenggara dan lembaga di bawah penyelenggara: semisal Latihan Khusus Kohati (LKK) oleh Kohati cabang wajib memperoleh legal standing dari Bidang Diklat Kohati PB HMI sebelum informasinya disebarluaskan.

Podcast sebagai salah satu bagian dari digitalisasi melalui pemanfaatan media youtube sebenarnya sudah berjalan di periodesasi sebelumnya. Berdasarkan evaluasi, kepengurusan periodesasi sekarang bertekad lebih memasifkan lagi dengan konten-konten yang lebih luas: materi-materi HMI; muatan materi digitalisasi; dan dokumenter training.

Website yang sedang digarap direncanakan memuat berbagai informasi penting: data instruktur seluruh Indonesia; data pemateri nasional, di mana terdapat kerjasama dengan KAHMI; E-Perpustakaan; serta disediakan kolom opini.

Pendataan instruktur merupakan program yang sangat penting, karena lewat pendataan, bisa dipetakkan sebaran instruktur per spesialisasi materinya di training. Hal tersebut bisa menjadi acuan kepada Bidang Pembinaan Instruktur untuk melakukan proses pengembangan, monitoring dan evaluasi. Kemudian mengenai pendataan pemateri nasional, guna mempertajam tujuan masing-masing training (Intermediate Training dan Advance Training) dengan tujuan yang akan dicapai: kasusnya, banyak pemateri yang tidak sesuai dengan standarisasi training; bahkan terdapat juga pemateri yang diambil dari luar HMI.

E-Perpustakaan diyakini sangat bermanfaat bagi para kader HMI yang ingin mencari referensi atau bahan bacaan, terutama mereka yang hendak melanjutkan jenjang training: buku sebagai kebutuhan dalam penyusunan jurnal, makalah atau Sistem Pendidikan Singkat (Sindikat). Bahan bacaan yang disediakan terbagi menjadi dua, yaitu buku-buku Ke-HMI-an dan buku-buku umum.

Kolom opini disediakan bagi para kader HMI untuk mengembangkan minat serta bakat dalam kepenulisan. Bagian ini sangatlah penting: secara reflektif ke belakang, kader HMI merupakan penulis-penulis hebat. Kolom opini hadir sebagai upaya mengulangi kejayaan kecendikiaan yang pernah ditorehkan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, oleh kader HMI.

Sekolah Digitalisasi Instruktur merupakan salah satu program unggulan yang akan dilaksanakan. Dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, serta estetika dalam pengelolaan training, Sekolah Digitalisasi Instruktur kemudian dimunculkan. Pelatihan khusus instruktur direncanakan dilaksanakan selama lima hari, dengan muatan materi psikologi digital, pembuatan konten materi dengan desain menarik, content writer, penugasan dan penilaian berbasis digital.

Digitalisasi perkaderan di HMI tentu memerlukan dukungan dan kerjasama dengan berbagai pihak penyelenggara training di lingkungan HMI: HMI berbagai tingkatan (Bidang P3A dan PA), Korps HMIWati (Kohati), serta Lembaga Pengembangan Profesi (LPP). Saran dan masukan yang membangun dari penyelenggara training sangat diperlukan, sehingga proses digitalisasi perkaderan HMI dapat berjalan sebagaimana mestinya.

*Penulis merupakan pengurus BPL PB HMI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *