Oleh : Naufandi Hadyan Saleh*
Pada tulisan kali ini akan saya awali dengan dua hadist dari nabi besar Muhammad SAW yang mengatakan: ”Khoirukum man ta’alamal quran wa a’lamahu” yang berarti:“Sebaik-baik kalian (Manusia) adalah yang mempelajari alquran dan mengajarinya.” Pada redaksi hadist yang lain nabi besar Muhammad SAW juga bersabda: “Khoirunnas an-fau linnas” yang berarti: “Sebaik-baik kalian (Manusia) adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” Sebetulnya ada satu titik konvergensi yang dapat dimaknai dari kedua hadist diatas yaitu salah satu cara terbaik menjadi sebaik-baik manusia adalah dengan mampu menjadi sebab manfaat bagi orang lain. Hal tersebut bisa termanifestasikan lewat mempelajari dan mengajari alquran.
Berangkat dari judul diatas saya merasa tertarik untuk mengkaji secara umum makna “Jihad” yang ada di dalam Alquran. Kata jihad yang dalam bahasa Indonesia-nya dapat kita artikan sebagai perjuangan. Perjuangan sendiri merupakan asal kata dari berjuang. Secara etimologi berjuang di dalam bahasa Arab diambil dari kata dasar (kerja) “Jahada – Yajhadu – Jahdan” yang dapat juga diartikan bersungguh-sungguh. Memang pada dasarnya seseorang yang telah memploklamirkan diri untuk berjuang, maka hakikatnya ia harus bersungguh-sungguh. secara grametikal bahasa Arab kata kerja biasa disebut dengan sebutan “Fiil”. Dalam sebuah kalimat jika ditemukan kata “Fiil” maka biasanya akan ditemukan juga kata“Fail” atau “pelaku/orang yang mengerjakan pekerjaan.” Itu kenapa orang yang berjuang seringkali disebut juga dengan “Mujahid” karena merupakan “Fail” dari “fiil – Jahada – Yajhadu.”
Jihad di dalam alquran disebutkan sebanyak 41 kali yang sebagian besarnya bermakna perang. Jika mengikuti data yang telah disebutkan, apakah dengan demikian kata jihad sendiri dapat dimaknai dengan perang? Pada dasarnya jihad bisa dimaknai dengan aktivitas perang, namun itu tidak berarti kata perang dapat dimaknai dengan makna tunggal jihad. Hal itu dikarenakan kata jihad sendiri memiliki makna yang cukup beragam (universal) jika ditafsirkan. Karena maknanya yang beragam (universal) maka, kata jihad sendiri dapat dimaknai lewat beberapa pemaknaan. Itu artinya perjuangan juga dapat termanifestasikan lewat beragam macam gerakan. Berikut beberapa manifestasi perjuangan yang bisa dilakukan HMI melalui pemaknaan kata jihad;
Makna Jihad (Perjuangan) “Perang”
Di dalam alquran surah At-Taubah ayat ke 7 Allah SWT berfirman: ” Ya ayyuhan nabbiyu jahiddil kuffaro wal munafiqina wagludz a’laihim” yang berarti: “Hai Nabi, berjihad-lah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.”
Namun perlu diluruskan, bahwa Islam memerintahkan kita agar memerangi orang-orang kafir dan munafik dengan catatan khusus yakni jika mereka terlebih dahulu memerangi umat Islam. Lalu apakah hal tersebut telah termanifestasikan oleh perjuangan HMI?
Secara historis pada peristiwa Agresi Militer Belanda I HMI telah mewakafkan perjuangannya lewat pembentukan Corps Mahasiswa (CM) yang di pimpin oleh Hartono dan Ahmad Turtosudiro yang tak lain merupakan kader HMI. Mereka bekerja sama dengan TNI untuk memerangi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terjadi pada tahun 1948 di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Berkat keberhasilannya berjuang di medan perang, pada Dies Natalis yang pertama HMI mendapatkan apresiasi dari Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman yang mengatakan, bahwa HMI adalah “Harapan Masyarakat Indonesia.”
Maka inilah bukti manifestasi perjuangan HMI dalam konteks berperang.
Makna Jihad (Perjuangan) “Hijrah”
Makna Jihad yang selanjutnya adalah “Hijrah”. Secara umum kata hijrah sendiri sering kita pahami dengan arti perpindahan. Hakikatnya perpindahan yang dimaksud bisa dalam konteks dzohir, yakni perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan bisa juga dimaknai secara maknawi yang berarti perpindahan dari suatu keadaan yang buruk ke arah keadaan yang lebih baik.
Di dalam surah Al Baqarah ayat ke 218 Allah SWT berfirman: ”Innaladzina amanuu wal ladzina haajaruu wa jahaduu fii sabilillahi yang berarti: “Orang-orang yang beriman adalah ia yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah”
Selalu ada hal menarik ketika ingin mengkaji sisi lain dari Alquran. Hal itu tergambar jelas disetiap ayat yang menyebutkan kata hijrah selalu diikuti kata jihad. Secara tersirat hal ini dapat dipahami setiap upaya perbaikan (hijrah) selalu membutuhkan perjuangan.
Perjuangan dalam HMI adalah berusaha menjadi ciri kader HMI sejati, yakni menjadi hamba yang zuhud, tawadhu, dan taat dalam beribadah kepada Allah SWT. Itulah hijrah yang harus dilakukan oleh setiap kader HMI.
Makna Jihad (Perjuangan) “Pengabdian”
Makna jihad selanjutnya adalah “Pengabdian” hal itu tergambar jelas pada surah At-Taubah ayat ke 20 Allah SWT berfirman: “Al-ladzina amanuu wa hajaruu wa jahaduu fii sabilillahi bi amwalihim wa anfusihim” yang berarti: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.”
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk berhijrah dan berjuang menggunakan harta dan jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam tujuan HMI, setiap kader harus senantiasa mengusahakan diri menjadi insan pengabdi dimanapun ia berada. Hal ini dapat termanifestasikan lewat pengabdian yang bersungguh-sungguh dengan mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kepentingan umat (Islam) dan bangsa (Indonesia).
Makna Jihad (Perjuangan) “Menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar”
Umat nabi besar Muhammad adalah umat yang dijuluki “Khoiru ummah” yang berarti umat terbaik. Sejati-nya julukan ini bukanlah julukan yang dimaksud untuk berbangga-bangga atau bergagah-gagahan. Lebih dari itu ada tugas dan amanah berat yang terselip di balik kata terbaik (khoiru ummah).
Sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah Ali-Imran ayat ke 104 Allah SWT berfirman: “Kuntum khoiro ummatin ukhrizat lin-nas ta’muruna bil ma’ruf wa tan hauna anil munkar” yang berarti: “Dijadikan kalian umat terbaik (umat nabi besar Muhammad) yang dikeluarkan untuk manusia, yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran”.
Pada ayat ini tergambar jelas betapa ada tugas berat dibalik julukan umat terbaik. Ia menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah manusia dari perbuatan munkar. Sejak pertama HMI didirikan terdapat dua tujuan suci. Pertama adalah dengan tegas mengupayakan dan mempertahankan negara Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Serta yang kedua menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Solichin dalam bukunya “HMI Candradimuka Mahasiswa” mengatakan salah satu misi HMI adalah menegakkan ajaran agama Islam yang bersumber pada Al Quran dan As-sunnah, untuk tegaknya keyakinan tauhid, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang majemuk, dengan melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. (2010)
Maka menegakkan keadilan dan mencegah kebatilan merupakan perjuangan suci yang harus ditunaikan oleh setiap kader HMI.
Makna “Jihad” (Perjuangan) “Menuntut Ilmu”
Sejatinya menuntut ilmu merupakan hal yang paling urgen bagi kehidupan manusia. Layaknya angka nominal pada sebuah uang kertas, ilmu dan manusia menjadi hal yang paling tidak dapat dipisahkan. Semua hal yang telah dipaparkan sebelumnya, baik berjuang di medan perang, berjuang di medan hijrah, berjuang di medan pengabdian, dan berjuang dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tentunya harus dilandaskan dengan ilmu.
Pentingnya seorang manusia untuk memiliki ilmu, menjadi alasan utama bahwa menuntut ilmu di dalam Islam adalah sebuah kewajiban. Sebab mustahil seorang manusia mampu menjalankan bentuk pengabdian dan ketaatan kepada Allah tanpa dilandasi pengetahuan. Tak heran ayat pertama yang diturunkan kepada nabi besar Muhammad adalah perintah untuk membaca. QS. Al-alaq ayat ke 1: “Iqra.”.
Prof. Dr.AG.K.H. Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc, M.A mengungkapkan pandangannya ketika membahas ayat tersebut. Ada satu pertanyaan menarik yang beliau katakan. Kenapa Allah menurunkan ayat tersebut kepada sosok (Nabi Muhammad) yang tidak tahu membaca? Dan kepada umat yang tidak pernah mengenal bacaan dan tulisan.? Menurut beliau sebab hanya dengan membacalah seseorang dan meraih peradaban dan menjadi kunci kemajuan disegala bidang. Beliau juga menuturkan, pada ayat “Iqra” Allah tidak menentukan objek bacaan, melainkan hanya berkata demi karena Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk meraih sebuah kejayaan dan kesuksesan maka hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menuntut ilmu yang dapat mengantarkanmu dekat dengan Allah.
Dalam salah satu khutbahnya Syeikh Muhammad Al-Mahmud mengungkapkan: “Sesungguhnya ilmu itu menuntutnya adalah jihad dan mempelajarinya adalah ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.”.
Bahkan di dalam Alquran surah At-Taubah ayat ke 122 Allah SWT berfirman: “Wa maa kaanal mu’minuna liyanfiru kaaffah, falau laa nafaroo min kulli firqotim minhum thooifatul liyatafaqqohu fiid diini wa liyundziru qau mahum idza rojau ilaihim la’alla hum yahdaruun.” Yang berarti: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dari ayat sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa nabi selalu mewanti-wanti agar selalu ada ada para kaum mukminin yang senantiasa berjuang bukan hanya di medan perang tetapi juga berjuang di dalam menempuh ilmu pengetahuan. Sebab kedua-duanya bernilai jihad di hadapan Allah SWT.
Pada sebuah redaksi hadist nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Man khoroja fii tholibil ilmi fahuwaa fii sabilillahi hatta yarji.” Yang berarti: “Siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia sedang berada di jalan Allah sampai ia kembali.” Itu artinya siapa saja yang hendak menuntut ilmu hakikatnya ia sedang berjuang di jalan Allah.
Maka hal tersebut harus termanifestasikan lewat gerakan yang dipelopori HMI dengan senantiasa mengusahakan dirinya menjadi insan Akademis. Dalam salah satu tafsiran insan akademis HMI adalah seseorang yang berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, objektif, dan kritis. Maka hanya ada satu cara untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut dengan selalu berjuang dalam menuntut ilmu.
Itulah sedikit pemaparan tentang pemaknaan kata “jihad” yang dapat termanifestasikan lewat beragam cara perjuangan HMI yang diambil dari kitab suci Alquran dan Hadist (As-sunnah). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa disamping sebagai pedoman dalam berkehidupan, ternyata Alquran dan Hadist juga bisa dijadikan sebagai kitab perjuangan. Maka sudah seharusnya setiap gerakan dan perjuangan HMI harus berangkat dari nilai-nilai yang ada di dalam Alquran dan Hadist (As-sunnah).
*Penulis merupakan kader HMI Komisariat Tarbiyah IAIN Ternate.