
Islam sebagai ajaran yang hak lagi sempurna untuk mengatur Ummat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya di muka bumi dengan Semata mata mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dokrin Islam Mengandung Nilai nilai Universal yang mengatur Kehidupan Ummat manusia dari berbagai Aktivitas kehidupan diantaranya aktivitas politik, Sosial, Budaya, Ekonomi dan lain sebagainya.
Ada tiga aspek urgen dalam Dokrin islam yang perlu dipahami dan harus di mengerti yang pertama Adalah Tauhid yang Mengarah pada Konteks Keimanan kepada Tuhan yang maha Esa, Dasar Tauhid ini menjadi Awal bagaimana manusia melakukan Konsensus kepada Tuhan yang maha Esa, dengan Segala Kehendaknya tuhan. Manusia harus Ikhlas dalam menjalankan Apa yang menjadi Perintah Allah SWT. Kedua adalah Islam yang mengarah pada kepatuhan ketaatan dan kepasrahan Secara Lahiriyah maupun bathiniyah.
Dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rosulnya Serta berjihad untuk memperjuangkan Syariat Islam dari berbagai Aspek kehidupan. Ketiga Adalah Ihsan yakni Wujud kolaborasi dari pada Iman dan islam, yaitu berbuat baik dan penuh tanggung jawab atas kemaslahatan dan jauh dari kemafsadatan, karena itu berihsan sejatinya wujud kongrit dari Iman dan islam. Sehingga bila iman dan islam tidak berujung pada ihsan, maka jelas tidak mempunyai Pondasi yang kuat untuk dikatakan Muslim yang cendrung terhadap Kehaniefan atau bisa dikatakan Muslim yang bertaqwa.
Dewasa ini, Dalam Membentuk suatu kepribadian yang utuh baik secara Individual maupun Kolegial sosio kultural yang dibangun oleh tiga aspek tersebut. jelas memerlukan Jihad yang keras dan Ikhlas serta proses yang panjang dengan Menempelkan ketekunan didalam diri manusia. Baik secara infiradi maupun ijtima’ nidzami. Namun, salah satu hal yang sangat urgen dan perlu diingat dalam pembangunan Suatu karakter Bersama dalam pembangunan Sosial khususnya, Harus Mengacu pada Etika islam Sebagai pola awal dalam Merancang Segala bentuk usaha.
Etika islam yang dibangun dari pada ketauhidan dan kepasrahan serta ketundukan yang Ikhlas dan Tulus, dan dibarengi dengan Kerja kerja yang Kongrit Melalui Demonstrasi karya karya nyata yaitu amal sholeh dalam kehidupan, maka jelas bahwa Etika itu menjadi inspirator bagi konsep pembangunan Ummat secara universal. Karena itu, Rancang bangun dalam pembangunan seutuhnya harus berkolaborasi dengan realitas bahwa tiga aspek awal harus dipahami secara Dialektik, Paradigmatik, aplikatif yang bersifat adaptif. bukan hanya dengan pendekatan Normatif Transendental, seperti halnya terlalu terpangku kepada kepasrahan Nasib, Kemerdekaan manusia berupa ikhtiyar kadang kadang diabaikan.
Untuk itu, maka, Etika islam yang harus dibangun pada awal permulaan adalah Menumbuhkan Niat positif dalam kerangka mengejawantahkan posisi dirinya yang sudah di sebutkan dalam Al Qur’an surat Al baqarah: ayat 30. Artinya “Manusia sebagai khalifah dimuka bumi” Kedua bahwa apapun yang ia konsepkan dan dikerjakan dalam wujud yang kongrit semua akan tercatat dan akan di pertanggung jawabkan kelak di mahkamah pengadilan tuhan. Sehingga dengan paradigma ini manusia akan berpikir bahwa apapun yang ia lakukan selalu ada Controling dari tuhan yang maha kuasa. Ketiga apa yang sekiranya dihasilkan dapat dimanfaatkan karena itu wujud dari pada perbuatan amal sholeh yaitu aksiologi. Keempat penguasaan terhadap sumber daya yang optimalkan sebagai bentuk rasa syukur kepada allah Swt atas nikmat yang telah diberikan berupa potensi didalam diri manusia.
Subtansial Pembangunan
Sudah menjadi kodrat dan watak manusia ketika belum matang akan kedewasaaanya secara konseptual Mampu mengendalikan dirinya, Maka ia akan selalu bersandar pada orang lain. Demikian pula suatu Negara akan melakukan hal yang sama atas negara lain yang dianggap sudah berhasil menjadi negara Adidaya. Khususnya dalam faktor pembangunan, pendapatan Ekonomi dan lain sebagainya. Dan pasti akan di ikuti oleh negara negara lain di dunia yang belum maju dan modern Dalam hal ini, proses pembangunan di indonesia seperti halnya negara negara berkembang lainnya menjalankan kebijakan dan wacana wacana yang didasarkan pada Teori Teori Ekonomi barat Kapitalisme dan sosialisme, atau strategi pembangunan seperti yang dirumuskan dalam Deklarasi Dasawarsa pembangunan PBB. Itu yang diungkapkan oleh M. Dawam Rahardjo.
Strategi dan kebijaksanaan tersebut pada dasarnya di pengaruhi oleh Teori pertumbuhan Ekonomi dan aliran utama teori ekonomi barat yang konvensional. Strategi ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal. Maka muncullah beberapa Teori yang mencoba mengembangkan konsep konsep dan strategi pembangunan yang lebih cocok dengan masyarakat Dunia. Dalam hal ini masyarakat Dunia lebih ditujukan kepada Negara negara yang berpendapatan perkapita masih di bawah +UU$ 200, yang terdapat dibenua asia, Afrika, amerika latin, Amerika tengah dan selatan. Karena itu, Mereka disebut Negara negara setengah Maju atau Miskin.
Usaha kongrit seperti ini sudah banyak dilakukan dari berbagai negara di dunia diantaranya, India, cina, Srilangka dan Tanzania, kata Dawam Rahardjo mereka telah Menggali konsepsi Ekonomi budha sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Rakyat burma. Di Srilangka usaha ini telah melahirkan suatu Gerakan Masyarakat Sarvodaya yang tidak saja telah Merumuskan Konsepsi konsepsi baru bahkan telah mewujudkan Realitas sosial baru.
Sementara itu ada juga kalangan yang berpaling pada agama untuk mendapat jawaban terhadap penderitaan masyarakat yang diakibatkan oleh strategi pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah diberbagai Negara. Rajni Kothari bermanover bahwa agama agama dan peradaban India, Islam, kebudayaan Cina dan Budhisme sesungguhnya dapat memberi sumbangan besar dalam Memberikan jalan solutif bagi kemaslahatan ummat manusia. Bahkan kaum agamawan di Amerika latin telah merumuskan lembali fungsi dan peranan agama Katholik di tengah kehidupan Society sebagai jawaban terhadap kehidupan masyarakat yang tertindas di amerika latin.
Demikian pula dikalangan Islam pemikiran pemikiran dari kalangan Intelektual Iran seperti Abu Hasan Bani Sadar, Mehdi Bazargan, Ali syari’ati dan lain sebagainya, bahwa mereka mencerminkan usaha usaha pencarian jawaban yang bersumber dari Agama terhadap penderitaan rakyat yang diakibatkan oleh strategi pembangunan yang dijalankan oleh Rezim syah. Sedangkan dikalangan penganut agama budha di muangthai dilakukan pula perubahan interpretasi tentang Budhisme Theraveda. Di indonesia memulai usaha usaha untuk menggali konsepsi pancasila mengenai masalah ekonomi dan pembangunan. Bahkan sejak tahun 90an, usaha pencarian tersebut akhirnya Mengarah pada nilai nilai Dokrin Islam yang memang menjadi agama mayoritas penduduk indonesia. Diterimanya Nilai nilai islam sebagai sebuah sistem perekonomian kerena usaha usaha penggalian terhadap pancasila untuk landasan pembangunan bangsa dianggap belum bisa menstabilkan perekonomian dan pembangunan yang ada di indonesia.
Bukan karena kegagalan dari pemerintah orde lama dan orde baru melainkan belum terlaksanya Demokrasi Ekonomi yang berasas kekeluargaan. tetapi ditambah lagi dengan adanya krisis moneter yang berkepanjangan dari tahun 1997. Tetapi pertumbuhan ekonomi islam masih tetap bertahan ditengah tengah krisis Ekonomi yang berkepanjangan salah satu bukti ialah bank Muammalah, selain itu apa penyebab pembangunan Ekonomi bisa terlaksana dengan baik untuk mewujudkan masyarakat adil makmur kuncinya satu yaitu pembangunan yang berlandaskan kepada Etika Budi pekerti dan budi luhur.
Tafsir Etika Pembangunan
Berbicara Pembangunan Dewasa ini, merupakan istilah atau kata yang paling banyak terdengar dikalangan Society di indonesia kira kira sejak tahun 1970_an. Walaupun kata ini bukan merupakan istilah baru dalam perbendaharaan bahasa indonesia, namun istilah pembangunan dengan pengertian baru yaitu lebih berkonotasi pada sosial ekonomi, Memang merupakan gejala semantik yang relatif baru dan menjadi populer, ketika pemerintah memulainsuatu usaha pembangunan berencana dalam berjangka panjang sejak tahun 1969.
Dalam pengertian Sosial Ekonomi makna pembangunan biasa diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pengertian semacam ini mungkin menjadi target dari tujuan pembangunan negara negara pada umumnya, termasuk Indonesia, Sehingga mengabaikan aspek pembangunan yang lebih utama dan fundamental. Karena itu, islam melihat pembangunan menurut pengertian yang Universal dan komprehensif dengan menekankan pembangunan Insan atau manusia seutuhnya kaffah, Puncaknya adalah kehidupan yang penuh estetika keindahan. Pembangunan dalam pengertian ini bermaksut menyusun rumusan dibidang sosial, Ekonomi, hukum dan sistem menyusun nilai menuju dinamika yang sesuai dengan hakikat atau jati diri kefitrahan manusia itu sendiri.
Hal yang sama juga disampaikan Oleh hidayat Nataatmadja, dalam bukunya berjudul “Pemikiran kearah Ekonomi Humanistik” bahwa pembangunan bukan sekedar meningkatan pendapatan, atau berkembangnya industri melainkan terutama harus berarti perkembangan Fitrah kemanusiaan secara kaffah yang sekiranya selaras dengan Agama. Sebab, sejarah kontemporer juga memperlihatkan bahwa pembangunan yang selama ini kita agung agungkan dari aspek materi, banyak mendatangkan efek sampingan yang sangat berbahaya. Seperti polusi lingkungan, Konflik sosial, Krisi energi, Krisis politik, krisis Akhlaq dan lain sebagainya.
Karena itu, pembangunan dalam dokrin agama islam adalah menempati peringkat jiwa yang oleh sarjana muslim disebut sebagai tazkiyat an nafsi. Berdasarkan ayat Al Qur,an (QS. 91: 9_10) Artinya “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengetorinya” justru karena itu, yang hendak di tuju oleh islam adalah penyucian itu sendiri. Artinya islam memandang manusia sebagai sentral atau fokus pembangunan teruma pada penyempurnaan akhlaq dan kepribadian.
Adapun dalam pandangan Nor cholis madjid atau lebih disapa cak nor seorang cendikiawan muslim indonesia, beliau mengatakan bahwa pembangunan merupakan pemenuhan fungsi ke khalifahan manusia dimuka bumi yang akan dipertanggung jawabkan nanti dihadapan allah SWT. Dengan memenuhi kekahlifahan allah diantara Ummat manusia dengan sendirinya, kita dapat mempertanggung jawabkannya nanti di hadapan allah SWT.
Etika pembangunan dengan demikian, adalah kaidah kaidah moral yang mendasari prilaku dalam melaksanakan pembangunan, etika pembangunan membicarakan kaidah moral bagaimana tekhnik dan tekhnologi diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan. Secara mikro, etika pembangunan adalah strategi kaidah moral secara menyeluruh dalam memenuhi fungsi ke khalifahan dan merealisasikan sibghah Allah, dalam mewujudkan masyarakat Madani. Etika prmbangunan menjelajah hubungan timbal balik antara kesadaran Etis dan problem problem kongrit kehidupan dalam pelaksanaan pembangunan. Problem kongrit dengan demikian perlu ditinjau secara empiris dalam mengkaji Etika pembangunan. Dasar inilah yang harus mewarnai semua aspek pembangunan lainya. Dimana kita dapat mempersiapkan landasan kemajuan peradaban mendatang dalam bidang bidang politik, Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan.
Etika Pembangunan Sebuah Alternatif Solutif
Etika tidak hanya memperbincangkan hanya ketentuan ketentuan yang baik dan yang buruk dalam arti kesusilaan yang terbatas, tetapi harus lebih dinamis dengan mempertimbangkan kemajuan ilmu dan tekhnologi yang semakin berkembang, Etika menyangkut perencanaan yang menyeluruh yang mengaitkan kekuatan kekuatan alam sekitarnya termasuk ajaran yang maha pencipta, serta hubungannya dengan masalah masalah kongrit dalam alam sekitarnya itu mendasari perkembangan Etika. Itu berarti pertalian dengan keterbelakangan, ketidak adilan, kebijaksanaan pemerintah melalui peraturan peraturan perundang undangan, kepemimpinan masyarakat, perkembangan industrialisasi, sekularisasi dan urbanisasi.
Tentu saja bertalian dengan perkembangan teknik teknik yang berkembang dalam pengendalian alam dan budaya manusia. Disinilah inti dari pada pengertian etika pembangunan. Denis Goutlet mengatakan bahwa masalah pembangunan membangkitkan secara baru pertanyaan pertanyaan etis yang paling kuno yaitu apakah hidup yang baik ? Apakah masyarakat adil itu? Bagaimana masyarakat mengambil harus mengambil sikap terhadap kekuatan alam dan kekuatan tekhnologi atau alam artificial. Pertanyaan pertanyaan itu muncul secara baru, karena timbulnya ciri khas Dunia di abad 20 yaitu kegiatan kegiatan dalam skala raksasa, kompleksitas technologi, interdependensi majemuk dari berbagai sistem dan jarak waktu yang semakin menyempit antara rangsangan rangsangan sosial dan batas waktu untuk memberikan jawaban yang tepat. Maka muncullah pertanyya diatas tersebut secara baku. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan Etika pembangunan.
Menurut Sastrapratedja ada enam penawaran tentang tugas pokok pembangunan Antara lain :
1. Etika pembangunan harus mengolah sikap yang sadar dan kritis mengenai tujuan tujuan pembangunan, tidak hanya tujuan yang secara formal terjadi dalam proses pembangunan.
2. Etika pembangunan menganalisa proses pembangunan dari dalam dan mengisolasikan nilai dan arti arti yang tersembunyi dibalik proses pembangunan.
3. Etika pembangunan merumuskan pedoman pedoman atau prinsip prinsip dasar sebagai orentasi dalam menentukan pengambilan keputusan dan kebijakan dalam proses pembangunan.
4. Etika pembangunan bertugas membangun kerangka teoritis yang terpadu, diharapkan agar dalam kerangka teoritis yang terpadu itu berbagai masalah etis yang khusus dan fragmentaris dapat ditempatkan dengan baik.
5. Etika pembangunan harus berdialog dengan ilmu ilmu lainnya setiap disiplin ilmu memberikan definisi pembangunan yang berbeda beda mengenai pembangunan. Etika pembangunan menempatkan definisi itu dalam kerangka yang lebih luas, dimana akhirnya pembangunan dimengerti sebagai peningkatan kualitas dan kemajuan masyarakat dalam mengembangkan nilai nilai kemanusiaan.
6. Etika pembangunan menyadarkan manusia akan tanggung jawab baru dalam mengelola kekuatan kekuatan yang telah dibangun sendiri demi kebaikan ummat manusia.
Adapun menurut M.Amin Aziz, dalam upaya untuk menerapkan etika pembangunan ummat haruslah dicari indikator indikator atau aspek yang mempengaruhinya yaitu Iman islam dan ihsan tiga aspek tersebut akan memberikan Ilustrasi awal tentang pola paradigma awal tentang Rancang pembangunan Ekonomi yang berdemensi Spiritual dan Materi. Karena itulah maka etika pembangunan ummat menurut khurshid Ahmad, harus dilandasi dengan prinsip prinsip sebagi berikut.
a. Perubahan sosial bukanlah hasil dari pada kekuatan sejarah yang telah ditentukan. Adanya beberapa hambatan dan kendala merupakan realitas hidup dan sejarah. Tapi tidak ada determinasi sejarah. Perubahan harus direncanakan dan direkayasan, dan perubahan tersebut harus berorentasi kepada suatu Norma.
b. Manusia adalah pelaku aktif perubahan. Semua kekuatan lainnya tunduk kepadanya sebagai khalifahn allah dimuka bumi. Dalam kerangka hukum islam, maka manusialah yang bertanggung jawab kesejahteraan di muka bumi dan perbuatan baik buruknya kelak diakhirat.
c. Perubahan langsung dalam lingkungan dan jiwa manusia, yang terakhir ini termasuk sikap, motivasi, komitmen. Ia harus berusaha memobilisasi semu yang ada di dalam maupun diluar dirinya untuk orentasi yang ril.
d. Hidup adalah sinyal intraksi manusia. Perubahan merupakan gangguan interaksi, sekaligus merupakan bahaya ketidak seimbangan dalam jiwa manusia dan masyarakat. Perubahan sosial yang islami harus berupaya menekan sedikit mungkin ketidak seimbangan dan perpecahan dan berupaya mengkordinasi suatu kondisi dari suatu keseimbangan sosialnke arah yang lebih tinggi lagi, dan dari ketidak seimbangan ke arah seimbang. Perubahan tersebut harus bersifat seimbang bertahap dan revolusioner. Inovasi harus dikawinkan dengan integritas.
Namun demikian prinsip dasar dalam pembangunan ekonomi dari berbagai Sendi sendi kehidupan harus tidak keluar dari dasar dasar filosofis sebagai akar pertama diantaranya:
a. Tauhid yang meletakkan dasar dasar hubungan Antara Allah manusia dan manusia lainnya.
b. Rububiyah yang menyatakan dasar dasar hukum Allah untuk selanjutnya mengatur model pembangunan yang bernafaskan Islam.
c. Khalifah yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil tuhan dimuka bumi. Pertanggung jawaban ini menyangkut manusia sebagai muslim sejati. Konsep ini lahir dari pengertian tentang perwakilan moral, politik, Ekonomi, serta prinsip prinsp organisasi sosial.
d. Tazkiyah, Misi utama utusan allah dimuka bumi adalah memyucikan manusia dalam hubungan dengan allah, sesama manusia, lingkungan dan negara.
Demikian pula BJ Habibi mantan presiden republik indonesian yang ke-3 melihat bahwa dalam melihat etika atau moral dalam pembangunan ekonomi, setidaknya ada lima aspek utama yang perlu diperhatikan.
1. Dari kacamata Teologis yang bersumber dari AlQur’an dan Hadist.
2. Dari kacamata Filosofis dari society yang berbudaya dan mempunyai dasar dasar hukum.
3. Dari kacamata psikologis
4. Dari sudut pedagogi Society.
5. Dari sudut sistem moral.
Karena itu, menurut bj Habibi pembangunan ekonomi tidak hanya pada aspek materi dan spiritual, tetapi pembangunan ekonomi harus menghasilkan perangkat keras (aspek materi) perangkat lunak (Agama dan budaya) dan perangkat otak (General Education) ketiga aspek tersebut mempunyai nilai meningkat atau bertambah, sebagai akibat dari rentetan proses yang mengakibatkan nilainya dan yang menentukan nilai itu adalah ummat manusia.
Akhir dari pada penulisan artikel ini penulis akan memberikan beberapa kesimpulan bahwa amal dan ketaqwaan didunia ini menjadi ukuran, begitu juga tanggung jawab dalam persoalan Sandang, Pangan, papan dan pekerjaan. Karena itu, Islam sangat menjunjung tinggi Pembangunan Ekonomi dan islam sangat mencela perbuatan malas dan meminta minta. Pemahaman pembangunan Ekonomi dalam islam harus merujuk pada syari’at dalam kaitannya dengan manusia dan lingkungan. Inilah Etika pembangunan dalam perspektif Islam
Wallahu A’lam
Semoga bermanfaat.
Billahi taufiq wal hidayah
DAFTAR PUSTAKA
Dawam Rahardjo dalam Ainur R. Sophian, Etika ekonomi politik: elemen elemen Strategis pembangunan masyarakat islam,Surabaya, Risalah Gusti, 1997. Hlm. 46.
Dawam Raharjdo, Esei esei Ekonomi, jakarta, Rajawali press.2002. Hlm.73.
Sadono sukrino, Pengantar ekonomi Pembangunan, Jakarta, UI Press, 1985. Hlm.13.
B.j Habibie, Ilmu pengetahuan, taknologi dan pembangunan bangsa bidang pengkajian dan penerapan teknologi, jakarta, listafarita putra, 1997, hlm.56.
Muh. Thalchah hasan, Diskursus Islam kontemporer, jakarta: listafarita, 2003.hlm. 68.