
Oleh : M. Rozien Abqoriy
Ratusan ataupun ribuan masyarakat akademik disini mengikuti berjuta-juta kegiatan dan melakukan aktivitas akademis maupun non akademis tiap harinya.
Disela-sela itu aku berfikir, yang membuat mereka terdorong untuk mengikuti beragam kegiatan, lembaga serta organisasi dan komunitas kemahasiswaan mereka gabung dengan berfikir untuk jaminan relasi, kesibukan, jabatan, serta public speaking yang sudah menjadi tradisi untuk mempromosikan semua instansi Kemahasiswaan itu.
Namun, aku kembali teringat bahwa semua itu atas dasar keinginan untuk menimba pesatnya pendidikan yang seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pembangunan di Indonesia juga dalam segala bidang berkembang pesat pula. Tidak terkecuali pembangunan dalam bidang pendidikan. Hal ini merupakan upaya yang sungguh-sungguh dari rakyat untuk mencapai kehidupan yang dicita-citakan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pendidikan, tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Fakta berbicara sedikit menyimpang, yang mana tak jarang untuk menunjukkan bahwa, budaya ketidakjujuran kian menggejala di kalangan mahasiswa. Bahkan akar dari masalah korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran pada waktu menjadi mahasiswa.
Walaupun saya mengetahui bahwa beberapa artikel yang membahas tentang Kepemudaan hari ini, itu memang menyatakan bahwa sejarah mencatat tidak ada perubahan besar untuk kemajuan bangsa di Indonesia maupun dunia, tanpa peran dan sumbangsih pemuda. Boleh dikatakan jika tanpa pemuda, mustahil Indonesia bisa merdeka.
Disini kita bisa melihat betapa besarnya peran pemuda dalam kemerdekaan Indonesia yang juga khususnya karena hari ini bertepatan pada momentum kepemudaan yaitu bertepatan dengan hari sumpah pemuda.
Pantas jika dikatakan pemuda adalah penentu maju mundurnya suatu negara. Sebab, terbukti sejak dulu kala, sekarang dan yang akan datang sesuai dengan fitrahnya pemuda merupakan tulang punggung negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsa, keluarga dan masa depannya.
Mengingat hari ini saya masih menjadi mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan itu semua, bagaimana budaya kurang baik mahasiswa sangat sistemik. Semangat inovasi dan etos kerja para mahasiswa menunjukkan grafik yang menghawatirkan. Meskipun tidak dipungkiri pada momen ini sebenarnya saya juga menyadari bahwa saya tidak lebih jauh sama, oleh karena itu saya menyadari ya hari ini untuk bisa mengevaluasi melalui tulisan sederhana ini. Kalian harus tau, indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa, misalnya: 1. Mencontek. Budaya seperti ini mungkin karena memang keterbatasan dalam hal metakognitifnya. Kutipan dari KBBI bahwa Metakognitif merupakan mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis dan sintetis serta evaluasi. Yang mestinya kesadaran akan pengetahuan itu harus dimunculkan, melalui usaha walaupun akhirnya Nilai yang didapatkan tidak sebagus mereka yang memiliki Metakognitif yang mumpuni, namun setidaknya sudah berusaha dan mensyukuri itu merupakan kemampuannya. 2. Plagiasi (penjiplakan karya tulis) 3 . Dan budaya titip absen dengan argumentasi yang bervariatif
dll.
Karena hari ini adalah Hari pemuda Nasional yang dikenal dengan Sumpah Pemuda Indonesia, Maka dari itu aku ingin merayakan ya melalui sebuah tulisan ini dengan harapan dapat menjadi pemuda yang membawa perubahan kepada yang lebih baik, dan mengisi kemerdekaan ini dengan yang semestinya.
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
#Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi KPI dan Kader HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura