Beranda Umum Ki Hajar Dewantoro Sang Bapak Pendidikan, Begini Kisahnya!

Ki Hajar Dewantoro Sang Bapak Pendidikan, Begini Kisahnya!

0

YAKUSA.ID – Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia berasal dari kalangan keluarga Keraton, dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Soewardi kecil berkesempatan menempuh pendidikan bersama anak-anak bangsa Eropa di Hindia Belanda. Ia merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa pada Juli 1922, sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan di Indonesia waktu itu

Taman Siswa bertujuan untuk memberikan hak pendidikan, khususnya kepada para pribumi kelas bawah agar bisa setara dengan para priyayi dan orang-orang Belanda.

Perjuangan Soewardi bukan tanpa rintangan. Ia bahkan harus berhadapan dengan para kompeni 1 Oktober 1932. Saat itu, Belanda mengeluarkan aturan sekolah liar untuk membatasi kegiatan di Taman Siswa.

Taman Siswa selalu menekankan prinsip nasionalisme & kemerdekaan pada aplikasi pendidikannya. Taman Siswa bersikap non-kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pendirian Taman Siswa adalah bentuk perlawanan Ki Hajar Dewantara terhadap diskriminasi pendidikan yang diterapkan sang pemerintah kolonial Belanda.

Ki Hajar Dewantara juga aktif menulis tentang politik, pendidikan, hingga kebudayaan. Disamping itu, dia juga menggeluti berbagai bidang. Selain disebut sebagai pahlawan Pendidikan bangsa, Dia juga membangun partai politik pertama yang berideologi nasionalis di Indonesia. Partai tersebut bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan indonesia. Namun sayang, partai ini ditolak Belanda karena dapat meningkatkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia.

Setelah lulus sekolah dasar, Ia melanjutkan sekolahnya di Kweekschool (sekolah guru) di Yogyakarta dan melanjutkan pendidikannya ke School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) yang merupakan sekolah kedokteran di Jakarta. Namun, Ki Hajar Dewantara tidak tamat dari sekolah tingginya karena sakit.

Sebagai seseorang yang juga menggeluti dunia kewartawanan tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara selalu memiliki ciri Patriotik dan menggugah semangat antikolonialisme. Banyak sindiran dan protes untuk Belanda.

Mengutip dari Jurnal Filsafat (Made Sugiarta et al., 2019) Salah satu tulisannya yang terkenal berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913.

Artikel ini berisi protes atas rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.

Ki Hajar Dewantara sempat menjabat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia yang pertama setelah kemerdekaan. Pada tahun 1957, Universitas Gadjah Mada memberikan beliau gelar doktor Honoris Causa. Tut Wuri Handayani ” dijadikan slogan Kementerian Pendidikan.

Dia kemudian wafat di kota Yogyakarta pada 26 April 1959, ketika dia masih berusia 69 tahun. (oZY)

Tinggalkan Balasan