YAKUSA.ID – Umat Muslim di Indonesia memiliki beberapa tradisi menyambut malam Nisfu Syakban. Malam Nisfu Syakban sendiri jatuh pada hari Sabtu 24 Februari 2024. Sementara hari Nisfu Syakban keesokan harinya, Minggu 25 Februari 2024.
Nisfu Syakban menjadi momen istimewa umat Islam. Pada malam ini, Allah SWT mengampuni dosa-dosa hamba-Nya dan mengabulkan segala permohonannya.
Tradisi Malam Nisfu Syakban
Saking istimewanya Nisfu Syakban, umat Muslim mengerjakan amalan-amalan untuk mendapatkan pahala dan berkahnya. Seperti salat, puasa, hingga zikir.
Sementara di Indonesia, masyarakat menggelar berbagai perayaan Nisfu Syakban. Setiap daerah memiliki tradisi malam Nisfu Syakban yang berbeda-beda.
Berikut lima tradisi Nisfu Syakban di Indonesia. Daerahmu ada tradisi apa di malam Nisfu Syakban?
1. Syakbanan
Dalam Repository Uinsaizu berjudul Makna Simbolik Tradisi Sya’banan Bagi Masyarakat Desa Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes karya Haidar Ulil Aufar, syakbanan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Desa Benda pada malam Nisfu Syakban.
Masyarakat Benda menjadikan tradisi ini sebagai cara menjaga tradisi turun-temurun dari para leluhur. Sebelum melakukan tradisi ini, masyarakat setempat berziarah ke kubur dan membersihkan makam dari pagi hingga sore sehari sebelum acara syakbanan.
Mereka juga membersihkan masjid yang ada di desa tersebut. Keesokan harinya, kegiatansyakbanan dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an, doa, dan selawat. Dilanjutkan pengajian dari tokoh agama dan santunan anak yatim. Lalu ditutup dengan makan bersama.
2. Ruwahan
Ruwahan merupakan tradisi orang Betawi ketika malam Nisfu Syakban. Tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan kerabat atau keluarga terdekat yang telah wafat. Masyarakat Betawi meyakini ketika bulan Ramadhan tiba, para arwah leluhur datang menyambangi keluarganya.
Tradisi ini dilakukan dengan mengadakan selamatan di salah satu rumah keluarga. Kemudian mendoakan keluarganya yang telah meninggal dunia. Mereka yang melakukan tradisi ini percaya bahwa leluhur yang mendahului membutuhkan doa untuk meringankan siksanya di alam kubur.
3. Pesta Baratan
Pesta baratan merupakan tradisi pada malam Nisfu Syakban yang dilakukan masyarakat Jepara. Kata baratan diambil dari bahasa Arab ‘baraah’, yang artinya berkah atau bermakna keselamatan.
Pesta baratan di Jepara berupa karnaval yang berisi aksi teatrikal Ratu Kalinyamat. Tak hanya itu saja, tradisi ini juga berisi arak-arakan yang disertai ritual upacara adat. Acara dibuka dengan melakukan salat magrib berjemaah.
Lalu dilanjutkan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali secara bersama-sama. Selanjutnya membaca doa malam Nisfu Syakban, salat tasbih, salat isya, dan makan nasi puli bersama. Acara kemudian ditutup dengan arak-arakan.
4. Punggahan
Melansir jurnal Institut Agama Islam Negeri Salatiga berjudul Tradisi Punggahan Menjelang Ramadhan (Studi di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang) karya Salma Al Zahra Ramadhani dan Nor Mohammad Abdoeh, Desa Bendono melakukan tradisi Punggahan saat menyambut malam nisfu Syakban.
Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi antar penduduk di desa tersebut. Tradisi punggahan dilakukan dengan mengirim doa kepada orang yang sudah meninggal. Masyarakat setempat berkumpul di masjid dengan membawa makanan.
Makanan yang wajib ada adalah apem, pisang, kue pasung, dan ketan. Tradisi ini bertujuan membersihkan jiwa dengan saling memaafkan. Selain itu, juga memohon ampun atas segala kesalahan yang diperbuat karena akan menyambut bulan suci Ramadan.
5. Kupatan
Kupatan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan saat malam Nisfu Syakban, salah satunya di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Sebenarnya tradisi ini sudah ada sejak lama dan masih tetap dilestarikan sampai saat ini.
Ketupat memiliki makna sebagai simbol pengakuan kepada Tuhan. Jadi, kupatan dilakukan dengan maksud memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukan sebelum Ramadan tiba. Selain ketupat, ada dua makanan khas yang wajib ada dalam peringatan malam Nisfu Syakban ini, yaitu lontong dan lepet.
Proses tradisi kupatan di Desa Sendang dimulai dengan suara pukulan bedug masjid. Kemudian masyarakat datang dengan membawa ketupat lengkap dengan sayur, lauk, dan lepetnya ke masjid. Membaca tahlil dan doa bersama juga mereka lakukan sebelum makan bersama
(DIN/RED)