Beranda Daerah Modernisasi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Modernisasi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

0
Modernisasi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Oleh: Khairil Wafi (Mahasiswa Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Madura)
Abstrak: pendidikan Islam merupakan upaya normatif yang bertujuan untuk memeliharan dan mengembangkan fitrah manusia, oleh karenanya harus berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah. Baik dalam merumuskan kurikulum sebagai instrumen pendidikan maupun praktik pendidikannya. Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam adalah terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Islam untuk mencapai tujuan dan mampu eksis dalam menghadapi era revolusi industry 4.0 ini adalah bagaimana konsep pendidikan Islam yang mengacu pada nilai-nilai Ilahiyah bisa diterima di masa yang serba berkemajuan, baik sains maupun kemajuan teknologi. Cara-cara yang bisa dilakukan agar pendidikan Islam bisa diterima di zaman yang berkemajuan ini dengan menyelenggarakan pendidikan berkualitas, membangun pendidikan integrated fisik nonfisik, memanfaatkan pengajaran teknologi globalisasi, dan memperluas jaringan kerjasama internasional.
Keyword: modernization, Islamic education, industrial revolution
Pendahuluan
​Tulisan ini berawal dari pernyataan Alvin Tofler yang dikenal dengan bapak pendidikan dunia, Alfin Tofler mengatakan bahwa salah satu faktor mengapa Indonesia tidak menjadi negara maju dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang diterapkannya. Alfin Tofler melanjutkan, bahwa dalam pandangannya pendidikan di Indonesia lebih mengarah pada perkembangan kognitif siswa, dimana hal itu berdampak pada diabaikannya komponen pendidikan yang lain, katakana saja afektif dan psikomotoriknya. Akibatnya, pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia-manusia yang lupa akan nilai-nilai kemanusiaannya (Humanisme).
​Padahal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sjafri Sairin menegaskan bahwa sistem pendidikan Islam di Indonesia dari masa penjajahan sampai masa kini merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.
​Jadi sudah amat sangat jelas tertuang dalam UU di atas bahwa tujuan dari pendidikan itu bukan hanya sebagai mengisi otak agar tidak kosong, hal yang tidak kalah pentingnya adalah terbentuknya watak yang bermartabat serta menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Oleh karenanya empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO berbunyi Learning to know, Learning to do, Learning to be, Learning to life to gather.Hal itu menunjukkan bagaimana peserta didik mampu menjalin kehidupan bersama-sama dalam bingkai persatuan yang menjunjung tinggi asas kemanusiaan.
​Guna menunjang dan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan yang sangat kompleks, maka diperlukan istilah Pendidikan Islam. Karena dengan demikian, ilmu-ilmu yang bersifat umum (non agama) atau yang bersifat keduniaan (profan) yang merupakan unsur dari perkembangan sains dan tehnologi bisa diajarkan melalui sudut pandang pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu dualisme dikotomi ilmu tidak lagi ada karena integrasi dari konsep pendidikan yang bersifat umum (non agama) dengan konsep pendidikan yang bersifat keduniaan (profan) dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan di masa depan. Dengan begitu akan terjadi keseimbangan antara pemahaman ilmu yang bersifat keduniaan dengan nilai-nilai keislamannya. Sjafri Sairin menegaskan bahwa sistem pendidikan Islam di Indonesia dari masa penjajahan sampai masa kini merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.
​Pendidikan Islam itu sendiri merupakan upaya normatif yang bertujuan untuk memeliharan dan mengembangkan fitrah manusia, oleh karenanya harus berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah. Baik dalam merumuskan kurikulum sebagai instrumen pendidikan maupun praktik pendidikannya. Karena dengan begitu akan nampak perbedaan antara konsep pendidikan Islam dengan konsep pendidikan lain yang bukan Islam.
​Jadi yang menjadi persoalan atau problem saat ini adalah bagaimana konsep pendidikan Islam yang mengacu pada nilai-nilai Ilahiyah bisa diterima di masa yang serba berkemajuan, baik sains maupun kemajuan tehnologi. Atau yang kita kenal dengan istilah revolusi industri 4.0. Maka sangat penting adanya modernisasi pendidikan Islam dalam menghadapi era bonus demografi revolusi industri 4.0 ini dengan cara ambil bagian dalam memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnolgi serta memanfaatkan sumber daya manusia terampil untuk mengelola dan mengolah hasil bumi dalam negeri dengan sangat maksimal, dengan begitu pendidikan Islam tidak hanya dipandang berhaluan pada wilayah Uhkrawi saja, akan tetapi mampu melahirkan sumber daya manusia kreatif yang bisa menunjang laju perekonomian dalam negeri dan bersaing dalam kancah nasional maupun internasional.
​Selain itu, pendidikan Islam juga harus mampu menghadapi tantangan budaya (Culture). Dimana kasus ini tidak bisa kita hindari lagi, baik yang berkenaan dengan gaya hidup, cara pandang, makanan, serta model pakaian pasti akan muncul di era puncak kemajuan ini. Disinilah nanti akan muncul budaya-budaya dari negara maju yang akan mendominasi serta mempengaruhi cara pandang dan model pakaian. Itulah nanti yang harus dipersipakan oleh institusi pendidikan Islam dalam menghadapi revolusi industri 4.0 agar mampu bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Modernisasi Pendidikan Islam
​Pendidikan Islam sebagaimana diketahui adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya berdasarkan pada ajaran Islam. Sedangkan modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas mental sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Sementara menurut Nurcholis Majid  menyatakan bahwa pembaharuan merupakan proses perombakan pola pikir dan tata kerja lama yang tidak rasional untuk diganti dengan yang rasional. Jadi pengertian modernisasi pendidikan Islam adalah pemikiran serta kelembagaan pemikiran Islam haruslah di modernisasi, dengan kata lain pendidikan Islam diperbarui sesuai dengan modernitas. Karena mempertahankan pendidikan Islam tradisional (salaf) hanya akan memperpanjang masa ketidakberdayaan orang-orang yang ada di dalamnya sehingga tidak mampu hidup atau bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dunia modern. Sederhanya adalah menyesuaikan pendidikan Islam dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Perlu juga kita ketahui bahwa kata modernisme tidak hanya berarti orientasi kepada kemoderenan, tetapi merupakan sebuah terminologi khusus yang intinya adalah memodernisasi pemahanan agama. Masuk di dalamnya juga memodernisai pendidikan Islam.
​Persoalan atau problem saat ini adalah bagaimana konsep pendidikan Islam yang mengacu pada nilai-nilai Ilahiyah bisa diterima di masa yang serba berkemajuan, baik sains maupun kemajuan tehnologi. Atau yang kita kenal dengan istilah revolusi industri 4.0. Maka sangat penting adanya modernisasi pendidikan Islam dalam menghadapi era bonus demografi revolusi industri 4.0 ini dengan cara Pertama: ambil bagian dalam memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnolgi. Kedua: memanfaatkan sumber daya manusia terampil untuk mengelola dan mengolah hasil bumi dalam negeri dengan sangat maksimal, dengan begitu pendidikan Islam tidak hanya dipandang berhaluan pada wilayah Uhkrawi saja, akan tetapi mampu melahirkan sumber daya manusia kreatif yang bisa menunjang laju perekonomian dalam negeri dan bersaing dalam kancah nasional maupun internasional.
​Selain itu, yang Ketiga: pendidikan Islam juga harus mampu menghadapi tantangan budaya (Culture). Dimana kasus ini tidak bisa kita hindari lagi, baik yang berkenaan dengan gaya hidup, cara pandang, makanan, serta model pakaian pasti akan muncul di era puncak kemajuan ini. Disinilah nanti akan muncul budaya-budaya dari negara maju yang akan mendominasi serta mempengaruhi cara pandang dan model pakaian. Itulah nanti yang harus dipersipakan oleh institusi pendidikan Islam dalam menghadapi revolusi industri 4.0 agar mampu bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
​Selain cara di atas juga terdapat rancangan pendidikan Islam yang bisa digunakan untuk menjadi solusi alternatif atas berbagai persoalan ataupun masalah-masalah yang dihadapi oleh kelembagaan pendidikan Islam dalam menghadapi modernisasi atau revolusi industri 4.0. Diantaramya adalah:
1. Pendidikan berkualitas. Pada era kemajuan atau revolusi industri 4.0 ini sangat identik dengan dunia persaingan. Dengan begitu, hanya institusi atau kelembagaan pendidikan yang memiliki kualitas terbaik saja yang nantinya akan mampu bersaing dan membawa manusia untuk survive dan berjaya dalam menghadapi tantangan masa depan (modernitas). Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui istilah-istilah yang berkenaan dengan kualitas, baik kualitas makanan, kualitas pakaian, bahkan kualitas pendidikan atau kualitas pembelajaran. Sehingga istilah kualitas mendapatkan perhatian paling atas dan dianggap mempunyai sifat-sifat terbaik yang bisa menyenangkan bagi mereka yang merasakannya atau bahkan khalayak umum.
2. Membangun pendidikan integrated fisik nonfisik. Dalam bagian ini pendidikan Islam diorientasikan pada output peserta didik agar memiliki keterampilan dan kecerdasan secara universal yang meliputi kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual.
3. Memanfaatkan pengajaran teknologi globalisasi. Pada poin ketiga ini hampir sama dengan pendapat penulis di atas bahwa yang dimaksud dengan memanfaatkan teknologi adalah masuk dan mengambil peran serta memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, diterapkannya pembelajaran jarak jauh, penggunaan tehnologi sebagai media pembelajaran, internet, dan lain-lain.
4. Memperluas jaringan kerjasama internasional. Ini yang oleh penulis dikatakan sebagai sumber daya manusia kreatif yang memiliki kemampuan mengelola sumber daya alam dalam negeri sehingga mampu menghasilkan produk yang mampu bersaing dalam kacamata nasional dan internasional. Dengan begitu, munculnya manusia-manusia kreatif dan aktif ini mampu tampil dan menjadi pusat perhatian dunia internasional.
Jadi sudah semestinya pendidikan Islam ini mempersiapkan langkah-langkah yang diarahkan pada bagaimana nanti menghasilkan produk sumber daya manusia (out put) lulusan yang memiliki kemampuan berdaya saing (berkompetisi), karena pada dasarnya di era kemajuan revolusi industri 4.0 ini sangat identik dengan munculnya persaingan (kompetisi). Jadi apabila pendidikan Islam tidak mampu melahirkan sumber daya manusia (out put) yang mampu bersaing di era kemajuan ini, maka eksistenssi dari pendidikan Islam akan jauh tertinggal. Mengantisipasi hal itu maka tantangan-tantangan yang muncul di era kemajuan ini harus bisa disikapi dengan cara yang positif oleh lembaga ataupun institusi pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu tugas pendidikan adalah membawa generasi ini merengkuh sedemikian agar manusia tidak tercabut dari kemampuannya dalam menghadapi kontradiksi alam yang selalu mengalami perubahan. Untuk mencapai tujuan dan harapan-harapan itu, maka diperlukan metode, model-model, serta sistem yang baik dalam pendidikan Islam. Tentunya metode, model, jurikulum, dan sistem yang akan diterapkan masih harus berdasarkan tuntunan Islam tanpa harus mengabaikan pendidikan umum. Dalam penggunaan metode misalkan, seorang pendidik semestinya memahami hakikat dari metode dan hubungannya dengan tujuan utama dari pendidikan Islam itu sendiri, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan hakikat dari pendidikan Islam, dimana pendidikan Islam lebih menekankan pada aspek ruh dan spirit Islam yang melekat pada setiap aktivitas pendidikan. Inilah kemudian yang akan menjadikan ciri khas dari pendidikan yang bersifat keduniaan dengan pendidikan keagamaan. Meski pada dasarnya tidak ada pertentangan antara pendidikan yang bersifat keduniaan (profan) dengan pendidikan keagamaan (uhkrawi), akan tetapi yang menjadi cirri khas tetap harus dimunculkan dalam rangka mengantisipasi serta menaikkan level dari pendidikan Islam itu sendiri.Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang  penekanannya pada aspek perubahan sikap, perilaku, dan  kepribadian anak didik, sehingga mampu menghadirkan diri sebagai suatu kepribadian yang utuh. Kepribadian yang utuh memiliki arti adanya keseimbangan antara ilmu yang bersifat keduniaan dengan ilmu keagamaan (uhkrawi). Dengan begitu manusia berada pada tabiatnya sebagai mahkluk sosial. Karena selain tujuan diatas pendidikan Islam juga bertujuan untuk mendidik manusia agar mampu hidup bermasyarakat dengan baik sehingga dengan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya, ia mampu membangun masyarakat yang berperadaban maju.
Hubungan Antara Modernisasi dengan Pendidikan Islam di Indonesia
​Tidak bisa dipungkiri bahwa belahan dunia ini masih terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Ironisnya lagi, negara-negara maju ini menjadi penggagas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan negara-negara berkembang menjadi penikmat dari ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mau memikirkan kapan dirinya akan menjadi penggagas baru, memiliki penemuan baru dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Realitas seperti inilah yang akan dipertontonan oleh dunia bahwa negara-negara berkembang sangat bergantung pada negara-negara maju. Sehingga negara-negara maju akan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan hasil produksi mereka terhadap negara-negara yang statusnya masih berkembang.
​Adalah aib yang sudah lazim dipertontonkan dari negara-negara berkembang khususnya Indonesia, dimana mayoritas penduduknya adalah muslim yang memiliki kitab suci sakti mandraguna yang hampir dari semua penemuan-penemuan yang bersifat sainstis telah dijelaskan dalam kitab sucinya umat muslim yang sakti mandraguna itu, justru dikaji oleh negara-negara maju yang mayoritas penduduknya adalah non muslim. Dimana hasil dari kajiannya itu memperoleh penemuan-penemuan baru yang nantinya akan dinikmati oleh negara-negar berkembang yang mayoritas penduduknya muslim seperti di Indonesia.
​Jadi pada dasarnya modernisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pendidikan Islam. Peluangnya adalah semakin mudahnya komunikasi dan informasi, akan makin mempermudah hubungan antara sesama manusia, sehingga dengan demikian transformasi ilmu dan peradaban manusia menjadi sangat mudah pula. Oleh karenanya, kelembagaan pendidikan Islam diharuskan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu pendidikan Islam akan tetap survive dan mampu bersaing dalam menghadapi tantangan revolusi industry yang serba berkemajuan ini.
​Sedangkan tantangannya penulis berpendapat bahwa modernisasi mengharuskan lulusan dari pendidikan Islam dapat memahami berbagai disiplin ilmu modern dalam perspektif Islam. Semisal ilmu hitung yang meliputi matematika, ekonomi, dan hukum.  Karena dengan begitu pendidikan Islam akan memiliki taring serta kekuatan untuk tetap survive menghadapi kemajuan zaman. Karena penulis fikir pendidikan Islam tidak melulu hanya sebatas persoalan fiqh yang justru akan mempersempit ruang dari pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu, tantangan yang dihadapi pendidikan Islam  adalah bagaimana mampu mengintegrasikan antara pendidikan Islam dan sains. Hal itu senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa pembaharuan model seperti itu akan memungkinkan perkembangan dan kemajuan signifikan dalam kehidupan sosial-ekonomi bangsa Indonesia, yang pada gilirannya mendorong intensitas tertentu dalam kehidupan keberagamaan.
​Jadi hubungan antara modernisasi dengan pendidikan Islam sangat erat kaitannya. Karena modernisasi di Indonesia pada masa Orde Baru dikenal dengan istilah yang baik yaitu pembangunan (development). Yang berarti adalah suatu prooses multidimensional yang sangat kompleks, dimana dalam sudut pandang ini pendidikan merupakan instrument modernisasi. Dalam konteks inilah pendidikan merupakan prasyarat yang mutlak bagi masyarakat untuk menghadapi dan menjalankan serta mencapai tujuan dari modernisasi atau pembangunan (development). Sederhanya. Tanpa pendidikan yang berkualitas dan memadai, maka sulit bagi manusia untuk mencapai kemajuan dan perkembangan. Baik kemajuan ilmu pengetahuan, pembangunan, dan teknologi. Karena itu banyak para ahli pendidikan berpandangan, pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kea arah modernisasi. Melalui pandangan para ahli pendidikan inilah diharapkan adanya satu pemikiran serta pemahaman bahwa adanya modernisasi pendidikan Islam ini sama sekali tidak mengurangi eksistensi dari pendidikan Islam secara universal.
Pendidikan Islam: Ke Arah Peningkatan Sumber Daya Manusia
​Manusia berkualitas merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh manusia untuk bisa melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Kualitas manusia nanti akan mengantarkan pada wilayah baik dan tidak baik, tinggi serta rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Kembali pada tujuan mengapa manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi khalifah Allah di bumi, maka Allah sudah menyertakan dalam dirinya kemampuan, potensi yang melekat pada diri manusia untuk kemudian dikembangkan secara optimal sehingga menjadi manusia yang memiliki kualitas hebat. Potensi-potensi ini diberikan Tuhan kepada manusia sebagai suatu anugerah, yang tidak diberikan Tuhan kepada mahkluk lain. Dengan potensi yang berkualitas itulah nanti manusia bisa menjalankan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Ada empat sumber daya manusia yang mesti dikembangkan, diantaranya.
1. Daya tubuh, pada bagian ini manusia bisa memperoleh kekuatan fisik, memiliki organ-organ tubuh yang berfungsi dan fungsi pancaindra yang memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada di sekitar lingkungannya juga berasal dari daya tubuh ini.
2. Daya hidup, daya inilah yang akan mengantarkan manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dirinya agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, serta mampu menghadapi tantangan hidup agar dirinya tetap bertahan hidup.
3. Daya akal, daya ini juga yang nantinya akan membawa manusia mampu mengetahui, memahami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga membuat dirinya mampu memanfaatkan kemajuan dan perkembangan dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
4. Daya kalbu, yang membawa manusia pada wilayah estetika, moral force, dan mengantarkan manusia pada keyakinan bahwa dirinya selalu dan terus menerus dalam pengawasan Allah yang menciptakan dirinya.
Apabila ke empat SDM itu dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik, maka kualitas sumber daya manusia akan mencapai puncak ciptaannya sebagai khalifah Allah di bumi. Dengan begitu manusia akan menjadi beriman serta bertaqwa, memiliki budi pekerti yang baik, memiliki kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Sehingga manusia bisa meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta keuletannya disertai kesehatan fisik dalam menghadapi puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 4.0. Jepang dan Korea misalkan, walapun kedua negara itu minim dalam sumber daya alam (SDA) nya, tapi kedua negara tersebut memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Sehingga kedua negara Asia Timur itu menjadi pioneer ekonomi dunia, khususnya di kawasan Asia.
Dalam konteks pendidikan, kita sadari bahwa pendidikan di dunia ini memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu, pendidikan sangat ada ketergantungan pada manusia sebagai pelaksana dari pendidikan. Oleh karena itu sangatlah diperlukan kualitas sumber daya manusia yang kreatif aktif. Karena apabila manusia berperan aktif dalam upaya mewujudkan cita-cita dari tujuan pendidikan itu, maka hal itu memiliki pengaruh besar terhadap pembaruan pemikiran dan perilaku manusia dan kualitas pendidikan sekaligus. Maka poin terpentingnya adalah perbaikan cara berfikir (khususnya umat Islam) perlu diperbaiki. Untuk memperbaiki pola fikir itu perlu perbaikan dalam bidang pendidikan.Perlu diketahui bahwa pendidikan bukan hanya sekedar aktivitas alih pengetahuan dan keahlian saja (transfer of knowladge), akan tetapi pendidikan juga merupakan peralihan nilai dan budaya (transfer of values). Hal ini dikarenakan, hakikat pendidikan Islam adalah pendidikan yang memperhatikan pengembangan seluruh aspek-aspek manusia dalam suatu kesatuan yang utuh tanpa kompartementalisasi dan tanpa terjadinya dikotomi.
Hal itu ditegaskan bahwa dalam konsep Islam manusia yang hidup mempunyai atau dibekali dua macam potensi: pertama: potensi jasad (raga); kedua: potensi roh. Konsep pendidikan Islam bermuara pada upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi manusiawi tersebut, dalam rangka mewujudkan manusia berkualitas rohani dan jasmani. Jadi yang dimaksud dengan manusia berkualitas memadai bukan hanya sekedar mereka yang memiliki kualitas kerja fikiran dan kretifitas saja, lebih penting dari itu manusia berkualitas adalah mereka yang memiliki moral dan etika yang baik, baik di sisi Sang Penciptanya maupun di sisi sesama manusianya. sederhanya ada keseimbangan antara aspek raga dan roh.
Selain pandangan di atas, sangat penting dalam pendidikan islam menghilangkan konsep dualisme dikotomi ilmu. Dikotomi ilmu itu terkait pembagian kelompok ilmu Islam dalam pengertian ilmu agama yang dilawankan dengan kelompok ilmu non-Islam atau ilmu umum. Dimana antara ilmu umum dengan ilmu agama dibeda-bedakan yang hal itu mengakibatkan lulusan kelembagaan pendidikann Islam hanya mengetahui bidang-bidang yang berkenaan dengan bidang keislaman saja, dengan kata lain tertinggal jauh dalam hal sains dan teknologi. Untuk menghindari hal itu, maka diperlukan metode integrasi-interkoneksi yang nantinya akan timbul penyatuan dan keterhubngan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Dengan begitu pendidikan Islam akan melahirkan lulusan (out put) yang memiliki banyak pemahaman disiplin ilmu pengetahuan. Oleh karena itu sangat perlu adanya pembaharuan kurikulum dalam pendidikan Islam, pembaharuan kurikulum yang dimaksud adalah dengan cara memadukan kurikulum sekolah pemerintah dengan kurikulum pengajaran agama Islam.
Pendekatan integralistik seperti itu, yang melihat adanya hubungan fungsional antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama, telah berhasil melahirkan ulama-ulama yang memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu serta memiliki pengetahuan luas dan mendalam pada masa klasik (masa keemasan Islam). Ibn Rushd misalkan, selain dirinya sebagai tokoh yang memiliki pemahan mendalam di bidang hukum Islam, dirinya juga memahami banyak disiplin ilmu modern seperti filsafat, logika, fisika, astronomi, dan matematika. Selain Ibn Rushd masih banyak tokoh-tokoh Islam klasik yang juga memiliki banyak pemahaman dalam berbagai disiplin ilmu. Jadi sudah semestinya pendidikan Islam berorientasi pada kelangsungan eksistensi manusia dan juga peningkatan harkat kemanusiaannya.
Dengan begitu pendidikan Islam akan mampu melahirkan generasi (out put) sumber daya manusia yang banyak mengetahui serta memahami berbagai disiplin ilmu pengetahuan dimana generasi itu yang nantinya akan survive mengawal kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Apabila sumber daya manusia dari pendidikan Islam sudah memadai, maka Islam senantiasa akan kembali pada masa keemasaan yang mengalahkan ilmuan-ilmuan barat dengan teori dan penemuan barunya. Itulah mengapa modernisasi pendidikan itu diperlukan, selain memperluas disiplin ilmu pengetahuan juga melahirkan generasi bangsa yang siap bersaing menghadapi revolusi industri 4.0.
Jadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah sistem yang demikian dikhawatirkan bisa merubah esensi dari pendidikan Islam sejatinya ? Ungkapan yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu adalah menguraikan realitas sosial yang ada di masa saat ini. Realitas sosial yang serba berkemajuan, kemajuan teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan, dan kemajuan industrial yang terus mengalami perkembangan dengan cepat. Jadi apabila kita masih kaku terhadap sistem pendidikan modern, maka sejatinya kita membiarkan anak-anak didik kita untuk tidak survive dalam menghadapi kecanggihan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dimana hal itu bertentangan dengan orientasi pendidikan Islam yang menurut cita-citanya pendidikan Islam memproyeksi diri untuk  memproduk insan  kamil, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal. Meskipun disadari atau tidak, manusia yang memperoleh predikat itu hanyalah Nabi Muhammad, dimana dalam karya 100 tokoh paling berpengaruh sepanjang masa Nabi Muhammad menduduki posisi teratas. Hal itu menunjukkan bahwa predikat insan kamil merupakan puncak dari peningkatan sumber daya manusia yang harus diupayakan secara maksimal oleh pendidikan Islam, dengan harapan bisa menciptakan lulusan (out put) yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era revolusi industri 4.0 ini. Salah satu strategi untuk menciptakan produk manusia insan kamil ialah berawal dari pembangunan jiwa manusia.
Memahami Konsep Pendidikan Islam dan Relevansinya Dengan Revolusi Industri 4.0
​Memahami konsep dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan merupakan kegiatan atau aktivitas yang tidak kalah pentingnya apabila dibandingkan dengan metode atau cara dalam menyampaikan materi. Penulis fahami jenis konsep lebih universal pengertiannya dibandingkan dengan metode dan semacamnya. Bahwa menurut hemat penulis konsep bisa berarti rancangan atau ide kenapa mengapa sesuatu itu bisa dimunculkan, jadi sebelum masuk pada ranah metode, tehnik, ataupun unsur-unsur didalamnya, maka sangat penting terlebih dahulu kita memahami bagaimana atau seperti apa konsepnya. Agar senantiasa metode, tehnik dan sejenisnya dapat menyesuaikan dengan rancangan atau konsep awalnya. Dengan begitu, sesuatu didalamnya senantiasa akan mudah untuk dapat dicapai.
​Pendidikan Islam misalnya, pendidikan Islam tentunya juga memiliki konsep dimana konsep itu lebih dulu ada ketimbang istilah pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena itu perlu kita untuk memahami bagaimana konsep pendidikan Islam itu agar kita tidak terjerembab dalam pemahaman yang keliru tentang pendidikan Islam, dimana pemahaman yang keliru itu akan mengantarkan pada pengetahuan yang salah dari pendidikan Islam. Jadi apabila pengetahuannya sudah keliru, maka pemahamannya pun akan keliru, jika pemahamannya saja sudah keliru bagaimana pengamalannya akan benar ? Itu sebabnya kenapa memahami konsep itu sangatlah penting.
​Kembali pada konsep pendidikan Islam, yang didalamnya ada kata tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Yang pada hakikatnya konsep pendidikan Islam itu berorientasi pada kesempurnaan manusia secara universal. Sebagaimana konsep yang dikemukakan Al-Attas, bahwa pendidikan Islam bermaksud untuk mewujudkan manusia sempurna secara universal. Dengan begitu berarti sistem pendidikan Islam diharuskan mampu memahami seperangkat bagian-bagian yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Jadi pendidikan Islam membutuhkan segala sesuatunya yang sangatlah representatif, mulai dari guru yang credible, sarana dan prasarana yang memadai, laboratorium sebagai tempat akselerasi materi, dan tempat belajar yang memadai. Selain itu pendidikan Islam juga memerlukan pembiayaan yang memadai dalam perjalanannya.
​Jadi pendidikan Islam yang masih mendapati dirinya banyak kekurangan atau disadari masih dalam ruang kejumudan, maka perlu hal itu dimodernisasi, dengan maksud agar pendidikan Islam mampu bersaing dengan institusi pendidikan lainnya dalam menyediakan kualitas lulusan terbaik yang mampu mengambil manfaat dalam artian memanfaatkan berbagai kecanggihan dan kemajuan saat ini. Dengan begitu, maka pada dasarnya sudah ada upaya perbaikan dalam institusi pendidikan Islam dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi yang ada.
​Memandang revolusi industri 4.0 kita seakan berada pada satu masa yang didalamnya akses berbagai ragam kemajuan kita temukan didalamnya, baik kemajuan ilmu pengetahuan maupun kemajuan teknologi. Dimana akses itu dapat mempermudah dan mempercepat urusan dan pekerjaan kita dalam kehidupan sehar-hari. Tentunya hal itu sangat membantu meringankan beban kerja, asalkan bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, apabila kita khusunya pendidikan Islam tidak mampu memanfaatkannya dengan baik dan benar maka kita akan tergilas olehnya dan akan jauh tertinggal dibelakang oleh mereka atau institusi yang dapat mengaksesnya dengan baik dan benar.
​Sesuai dengan pengertiannya, bahwa revolusi industri 4.0 merupakan peralihan daripada Era Digital ke Era Siber Fizikal, jadi bidang baru yang akan mendominasi dunia akan lebih tertumpu kepada bidang Sains Komputer atau Kejuruteran. Malah lebih banyak pekerjaan akan digantikan dengan mesin berbanding era sebelumnya. Realitas yang demikian menunjukkan pada kita khususnya institusi pendidikan Islam, bahwa sebenarnya kita dihadapkan pada satu tantangan, dimana apabila kita mampu melalui dan mengaplikasikan dengan baik maka kita akan tetap survive dan tetap eksis dalam era ini. Dalam sektor pendidikan misalnya, khususnya pendidikan Islam dimana tantangannya adalah bagaimana dapat beradaptasi dan memanfaatkan berbagai media yang merupakan produksi daripada era revolusi industry 4.0 ini dengan baik. Selain mempermudah pekerjaan, kemajuan ini dirasa juga akan membantu institusi pendidikan Islam mampu bersaing, baik dalam persaingan nasional maupun internasional.
​Adapun skill yang dibutuhkan agar kita tetap bisa survive dan eksis dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini, Pertama: Information, media and technology skills (keterampilan informasi, media, dan teknologi). Kedua: Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan inovasi). Ketiga: Life and career skills (keterampilan hidup dan karir). Keempat: Effective communication skills (kemampuan komunikasi yang efektif).
​Untuk mempermudah usaha pendidikan Islam agar mampu eksis dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini adalah dengan cara mengubah pola pengelolaan menejemen pendidikan lama ke pola pengelolaan pendidikan baru. Karena kondisi masyarakat yang berkembang menuntut pengelolaan lembaga pendidikan berubah pula. Diantara pola pengelolaan yang mesti dirubah atau diperbarui adalah, pertama: metode. Kedua: isi. Ketiga: manajemen.
​Jadi relevansi pendidikan Islam dengan revolusi industri 4.0 (kemajuan yang berkecepatan penuh) adalah bahwa pendidikan Islam dalam konsep untuk mencapai tujuannya yaitu harus dengan memanfaatkan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Selain itu, pendidikan Islam juga mengedepankan keterampilan dalam proses belajar mengajar yang berorientasi pada inovasi atau penemuan-penemuan baru. Kemampuan dan seni dalam berkomunikasi yang efektif juga merupakan poin penting yang tidak boleh dilupakan oleh pendidikan Islam. Meskipun pada kenyataannya pendidikan Islam (kaum muslimin) saat ini telah melupakan sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di tangan ilmuwan muslim di masa klasik yang bersumber dari sikap keterbukaan menerima dan mengkaji berbagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemudian mereka kembangkan menjadi ilmu pengetahuan dan teknologi universal yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas kehidupan kemanusiaan. Itu sebabnya mengapa pendidikan Islam di Indonesia hari ini perlu dimodernisasi, selain karena kepentingan pendidikan Islam itu sendiri, eksistensi produk atau lulusan dari pendidikan Islam bisa eksis dalam menjalani kehidupan yang produktif guna memenuhi kebutuhan pribadinya, terlebih lagi kebutuhan institusi pendidikan Islam agar tidak jauh tertinggal oleh kemajuan zaman.
Penutup
​Pendidikan Islam sebagaimana diketahui adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya berdasarkan pada ajaran Islam. Ajaran Islam dalam pengertiannya adalah ajaran yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits, apabila keluar dari dua sumber itu maka pendidikan Islam sudah dianggap keluar dari rel yang sudah ditetapkan. Pemahaman seperti itulah yang menjadi penyebab kemunduran Islam dan pelajar Islam khususnya pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Untuk itu perlu adanya upaya dalam memberikan pemahaman bahwa pendidikan Islam bukan hanya sekedar pendidikan yang berkutat dalam wilayah halal dan haram saja. Lebih penting dari itu, pendidikan Islam juga memiliki tanggung jawab besar dalam mencerdaskan peserta didiknya, khususnya masyarakat Islam pada umumnya.
​Perspektif seperti itulah yang dirasa perlu akan adanya pembaruan atau modernisasi, dengan harapan pendidikan Islam dapat melahirkan generasi yang memiliki pemahaman dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Baik sains, matematika, fisika, kimia, astronomi, kedokteran, dan sejenisnya. Tidak hanya berada pada pemahaman Islam yang jumud. Dimana hal itu hanya akan menyebabkan pendidikan Islam akan tertinggal jauh dan lulusan dari pendidikan Islam tidak bisa survive dalam menghadapi revolusi industry 4.0.
​Adapun sebagian langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh pendidikan Islam agar mampu eksis dalam menghadapi zaman yang serba berkemajuan ini, diantaranya adalah, Pertama: ambil bagian dalam memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnolgi. Kedua: memanfaatkan sumber daya manusia terampil untuk mengelola dan mengolah hasil bumi dalam negeri dengan sangat maksimal. Ketiga: pendidikan Islam juga harus mampu menghadapi tantangan budaya (Culture).
​Sedangkan hubungan antara pendidikan Islam dengan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu kesadaran bahwa pendidikan merupakan prasyarat yang mutlak bagi masyarakat untuk menghadapi dan menjalankan serta mencapai tujuan dari modernisasi atau pembangunan (development). Sederhanya. Tanpa pendidikan yang berkualitas dan memadai, maka sulit bagi manusia untuk mencapai kemajuan dan perkembangan. Baik kemajuan ilmu pengetahuan, pembangunan, dan teknologi. Karena itu banyak para ahli pendidikan berpandangan, pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kea arah modernisasi.
​Maka sejatinya untuk bisa memodernisasi pendidikan Islam sangat diperlukan adanya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai, dimana kualitas sumber daya manusia itulah yang nantinya akan terus menerus mengembangkan dan melanjutkan realisasi dari pendidikan Islam. Selain itu, kualitas sumber daya manusia yang memadai akan mampu memahami konsep pendidikan Islam agar bisa relevan dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, yang lazimnya saat ini dikenal dengan istilah revolusi industry 4.0.
Daftar Pustaka
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, Jakarta: Kencana,2012.
Baidlawi, Moh, Modernisasi Pendidikan Islam: Telaah Atas Pembaharuan Pendidikan di Pesantren, Tadrîs, Volume 1. Nomor 2. 2006.
Barus, Muhammad Irsan, Modernisasi Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra, Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat, volume II, No. 1, Maret 2017.
Choiri, Moh. Miftachul & Aries Fitriani, Problematika Pendidikan Islam Sebagai  Sub Sistem Pendidikan Nasional Di Era Global, Al-Tahrir, Vol.11, No. 2 November 2011.
Daulay, Haidar Putra & Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Daulay, Haidar Putra, & Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: Rineka Cipta,2012.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2012.
Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014.
Fazlurrahman, Muhammad, Modernisasi Pendidikan Islam:  Gagasan Alternatif Fazlur Rahman, TA’LIM, Vol.1 No.1 Januari 2018.
Idris, Muh, Pembaharuan Pendidikan Islam Dalam Konteks Pendidikan Nasional, Lentera Pendidikan, Vol. 12 NO. 1 Juni 2009.
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Kosim, Muhammad, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Ma`arif, Muhammad Anas, Pendidikan Islam Dan Tantangan Modernitas: Input, Proses dan Output Pendidikan di Madrasah, Nidhomul Haq Vol 1 No: 2 Juli 2016.
Mahsun, Ali, Pendidikan Islam Dalam Arus Globalisasi Sebuah: Kajian Deskriptif Analitis, Epistemé, Vol. 8, No. 2, Desember 2013.
Muchsin, Bashori & Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer, Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2013.
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2014.
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam Meretas Mindset Baru Meraih Peradaban Unggul, Malang: UIN-Malang Press, 2011.
Muliawan, Jasa Ungguh, Ilmu Pendidikan Islam Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum, Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Nata, Abuddin, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Prenada Media Grup,2016.
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2010.
Nugraha, Dadan, Transformasi Sistem Revolusi Industri 4.0, ttp: Road to TBIC 2019, 30 September 2018.
Pauzi, Maisarah Mohamed, Revolusi Perindustrian 4.0 Satu Pengenalan, ttp: PAMI RESOURCES, 2017.
Rohayati, Yati dkk, Modernisasi Pendidikan Islam  Menurut Azyumardi Azra, Tarbiyah al-Aulad, Volume 1, No. 1,  2016.
Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Suriana, Pendidikan Islam Di Era Globalisasi:  Menggapai Peluang, Menuai Tantangan, Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 Juli – Desember 2014.
Sutrisno & Suyatno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern, Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015.
Syahminan, Modernisasi Sistem Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Abad 21, Jurnal Ilmiah Peuradeun, Vol. II, No. 02, Mei 2014.
Zarkasyi, Amal Fathullah, Tajdid dan Modernisasi Pemikiran Islam, TSAQAFAH, Vol. 9, No. 2, November 2013.​

Tinggalkan Balasan