
SUMENEP, YAKUSA.ID – Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Amien Prenduan menggelar seminar literasi keuangan syariah sebagai bentuk antisipasi dalam menghadapi resesi ekonomi 2023.
Seminar yang digelar di Aula TMI Putra itu mengusung tema “urgensi literasi keuangan syariah dalam mengahadapi krisis keuangan global” Kamis, (10/11/2022).
Seminar itu sebagai bagian dari rentetan kegiatan kesyukuran 70 tahun Ponpes Al-Amien Prenduan.
Dalam kesempatan tersebut Ponpe Al-Amien Prenduan menggandeng Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur.
Acara tersebut dihadiri pimpinan dan Pengasuh Ponpes Pesantren Al-Amien Prenduan dan jajaran majelis kyai, Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah Surabaya, perbankan lainnya yaitu BPRS SPM Pamekasan, Bank Jatim Syariah Sampang, dan BSI KCP Sumenep Trunojoyo 1.
Acara seminar dibuka oleh pimpinan dan pengasuh Ponpes Al-Amien Prenduan, KH. Ahmad Fauzi Tidjani.
Dalam sambutannya, KH. Ahmad Fauzi Tidjani menyampaikan, 10 November tepat lahirnya Ponpes Al-Amien Prenduan. Sejak 1952 sudah 70 tahun Ponpes Al-Amien Prenduan mengabdi kepada ummat dan bangsa.
“Walaupun sudah berganti 3 generasi kepemimpinan, Al-Amien tetap konsisten membangun peradaban bangsa dengan empat catur jangka: pendidikan, dakwah, ekonomi, dan kaderisasi,” katanya.
Pemateri yang dihadirkan dalam seminar tersebut adalah, pihak Bank BI perwakilan Jawa Timur, Hayatullah Khumaeni, kemudian dari STIDKi, Dr. Shobikhul Qisom, M.Pd, dan dari IDIA Prenduan, Dr. Mashuri Toha, M.Pd.
Dalam pemaparannya pihak Bank BRI perwakilan Jawa Timur, Khumaeni mengatakan bahwa resesi menjadi pembahasan hampir oleh setiap orang.
“Harus diluruskan dulu bahwa yang namanya resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kali negatif berturut-turut,” katanya.
Menurutnya, di Indonesia pertumbuhan ekonomi dirilis oleh BPS setiap tri wulan dan untungnya untuk pertumbuhan Indonesia tri wulan II dan tri wulan III di tahun 2022 masing-masing adalah 5,44.
“Dan terakhir tanggal 07/11/2022 adalah 5,72% yang artinya dari teori itu tidak termasuk resesi,” tuturnya
Sementara dari STIDKi, Sobikhul Qisom menjelaskan mengenai filantropi Islam dalam membangkitkan ekonomi umat.
Pihaknya mengajak kepada para mahasiswa untuk memiliki pemikiran yang produktif, dan memperkuat lembaga filantropi internal.
“Indonesia ini unik, digempur apa saja tetap tidak akan ada resesi karena setiap pagi berdoa minta ilmu, minta rezeki dan minta proyek mumpung ada BI, mumpung ada BSI dan perbankan lainnya dan bercita-citalah mempunyai penghasilan lebih saat menjadi mahasiswa sehingga nnti saat mau menikah hasil dari tangan sendiri,” ujarnya.
Filantropi itu, lanjut dia, muncul karena panggilan iman, dan panggilan kemanasiaan. “Apabila ketemu kedua panggilan tersebut maka kalian akan bergerak menjadi agen filantropi. Kalau punya uang berikan bantuan kepada orang lain, kalau tidak punya maka jadilah mediator untuk memberikan bantuan,” paparnya.
Sedangkan dari IDIA Prenduan, Mashuri menjelaskan tentang kemandirian finansial.
Pada kesempatan itu, ia memberikan motivasi dan mengatakan bahwa biarlah uang yang bekerja untuk saya dan saya tidak bekerja untuk uang. dalam rangka kemandirian sudah berbagai profesi yang ditempuh sampai pada akhirnya sebagai pengusaha.
“Kita memandang uang sebagai bukan nilai tukar tetapi sebagai harga nilai diri kita, yang apabila kita dipercaya oleh Allah memiliki banyak uang semakin banyak kita peduli kepada filantropi, bersedakah kepada masyarakat yang membutuhkan,” terangnya.
Seminar berlangsung meriah dan penuh keilmuan. Acara tersebut kemudian ditutup oleh Dekan FEBI IDIA Dr. KH. Holilur Rahman, M.H.I yang sekaligus bertugas sebagai moderator pada seminar literasi keuangan syariah itu. (YAKUSA.ID-07/Rls)