Oleh: Fahrur Rozi*
YAKUSA.ID, Opini – Menyoal Toleransi dan kemanusiaan adalah hal yang sering kita dengar bukan hanya penting secara esensial akan tetapi bagaimana kita bisa bermasyarakat yang harmonis. Toleransi wujudnya adalah penerimaan dan penghargaan, bisa menerima perbedaan dan menghargai keragaman, baik itu dalam agama, budaya, suku, atau pandangan politik. Sementara kemanusiaan mencakup sikap dan tindakan yang menunjukkan empati, belas kasihan, dan kepedulian terhadap sesama manusia, sederhananya kita cinta kemanusiaan.
Secara konteks sosial, toleransi menjadi pondasi untuk harmoni dalam membangun kerjasama antara individu dan kelompok yang berbeda. Tanpa toleransi mungkin, tak selalu indah dengan munculnya konflik dan ketegangan antar kelompok menjadi lebih sering terjadi. Kita dapat melihat contoh nyata di mana kekurangan toleransi telah menyebabkan konflik yang merugikan banyak orang.
Subab kemanusiaan seringkali terlintas dalam benak kita untuk menghormati martabat setiap individu tanpa memandang latar belakang mereka. Ini berarti memberikan perlindungan, bantuan, dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, terlepas dari perbedaan kita. Esensi kemanusiaan juga harus disadari agar kita memperlakukan semua orang dengan adil dan menghindari perilaku yang merugikan atau melukai sesama.
Saya acungkan suatu contoh yang sangat resah untuk dipikirkan, setidaknya dengan sampel ini bisa menghidupkan jiwa yang bersih dan lebih memerhatikan tentang kemanusiaan, di Madura seringkali diwarnai dengan konflik perorangan yang melukai warna martabat daerah, dimana carok dianggap sebagai akses untuk mencapai ego pribadi yang dimaknai secara kosong, persoalan yang kecil dibesar-besarkan, kita lupa bahwa darah kita sama Dimata tuhan, kita lupa bahwa bangsa ini disatukan dengan sejarah dan keadilan, parahnya kita tidak sadar bahwa toleransi akan memecahkan problematika, apapun persoalan yang menimpa, jika kita masih mempertimbangkan dengan layak dan memiliki nilai kemanusiaan yang bijak tidak ada yang namanya perselisihan beserta luapan yang tidak pantas untuk dilakukan. Padahal carok bukan suatu aset adat kebanggaan Madura, ia lahir berdasarkan sejarah tapi ia merajalela sebab generasinya tidak mementingkan sebuah pengetahuan dan norma hukum sebagai makhluk yang berkebangsaan.
Kita baru saja melalui proses demokrasi pemilihan umum 2024 satu bulan yang lalu, pada situasi ini banyak sekali sampel yang mendidik kita secara gamblang, bahwa dengan berbedanya pilihan kita mencemooh satu sama lain, memperjualbelikan persaudaraan bangsa ini, saya tidak condong pada paslon yang ada, akan tetapi miris melihat warga yang terobsesi sampai melupakan pentingnya toleransi dan perbedaan, ini bukan sikap kemanusiaan yang bijak bukan sikap toleransi yang tinggi akan tetapi kebodohan dan ketidaktahuan yang merajai, saya teringat satu pesan guru saya, ia menyampaikan, kalau manusia hidup masih berbeda, itu keasrian dari romantika kehidupan, tapi jika manusia hidup untuk membunuh manusia lainnya itu bukan suatu sikap yang agung dari sisi kemanusiaan. Dengan seringnya kejadian yang seperti ini sangat memungkinkan untuk mengancam generasi kita sebagai makhluk yang berarti.
Sebab itu, mengapa dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita dalam merealisasikan nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan ini. Buka mata dan hati kita untuk mencintai keberagaman, perbedaan, bangun empati dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.
*Penulis adalah Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Negeri Madura