
Oleh : Survia Eva Putriani ( Kohati Cabang Pekanbaru Komisariat Super )
Berapa gulungan angin lagi hendak mengombang-ambing
Sedang badai telah bertubi-tubi menerjang tegak bangunan
Bahkan porak-porandakan julang tiang-tiang
Yang tersisa hanya jiwa-jiwa pejuang
Dan menghitung jejak-jejak pada pijak reruntuhan yang terkembang
Tapi saat tanah disuburkan dengan darah
Pandangan mata berteman dengan debu yang tidak terarah
Kota yang sesekali tampak mati dan sesekali penuh warna yang memerah
Akan selalu ada yang berjuang dengan bergelimang darah
Akan selalu ada yang bangkit diantara puing-puing reruntuh yang dihiaskan bercak merah
Selalu ada bayangan di balik tebal debu yang sedang kisruh dengan parah
Akan selalu melahirkan jiwa di antara suara dentuman yang meluluh-lantah
Hingga tanda tanya menghunjam tajam ke jantung diri
Dari rahim manakah yang mampu melahirkan pemuda berani
Berjuang penuhi seruan ilahi
Menjual diri untuk syurga yang abadi
Mempersembahkan generasi berjiwa pemberani
Hingga sejarah mengukirkan semua berasal dari para srikandi
Srikandi yang tidak mampu memasungkan diri
Terpana dan membisu melihat aksi tirani
Mereka ambil andil, melawan dari balik atap yang tidak terjamahi
Merekalah para srikandi islam pejuang panji
More Stories
Lupa pada Tuhan
Kawan, Berjuang!
Serpihan Hijau Hitam Berlambang Bulan Bintang