JAKARTA, YAKUSA.ID – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berbicara masalah banjir di Ibu Kota.
Ahok bercerita, persoalan banjir telah menjadi perhatian sejak zaman kolonialisme Belanda hingga sekarang.
Beberapa upaya dilakukan demi mengatasi banjir, misalnya membangun sungai buatan, kanal pengendali banjir, hingga sumur resapan. Terlepas dari itu, kata dia, banjir di Jakarta berkaitan dengan adanya 13 sungai utama.
“Jadi kalau tidak salah kita ada 13 sungai utama. Nah Belanda ada konsep di antara 13 sungai utama itu ada 1.300 lebih sungai-sungai, kali-kali kecil untuk menghubungkan. Kenapa? Teori ini ketika air datang banyak, air itu bukan dibendung. Kalau dibendung dia bisa meluap. Nah bagaimana caranya didistribusikan merata,” katanya lewat unggahan video di channel YouTube Panggil Saya BTP, Jumat (3/5/2024) kemarin.
Melansir detik.com, Ahok menjelaskan, salah satu tujuan pembangunan kanal adalah untuk membelokkan air yang berasal dari sungai Ciliwung dan dari Bendungan Katulampa agar tidak langsung masuk ke pusat Jakarta.
Kemudian untuk masalah banjir rob, pada era Soeharto sudah diupayakan mengurangi genangan memakai pompa. Namun, kalau hanya mengandalkan pompa untuk mengatasi banjir tentu butuh biaya mahal. Oleh karena itu dibangun sejumlah waduk.
Dengan adanya waduk, Ahok menilai pompa mampu bekerja membuang air ke laut. Namun, kemudian muncul masalah saat waduk-waduk tersebut dihuni masyarakat. Akibatnya terjadi pendangkalan dan kemampuan menampung airnya berkurang.
“Sayangnya waduk yang dibangun Pak Harto kemudian diduduki banyak orang sehingga terjadi pendangkalan, volume tampungnya jadi berkurang. Sungai-sungai juga (volumenya) jadi berkurang, tanggul tidak dirapikan, ada beberapa bolong. Ketika air laut pasang, ada pompa, air lautnya masuk lagi,” ujarnya.
Kerja Ahok Saat Jabat Gubernur DKI Jakarta
Saat menjabat Gubernur DKI Jakarta Ahok menata dan memperbaiki area waduk. Ia juga sempat berencana membangun waduk di wilayah Marunda, dan dibantu dengan kanal-kanal yang ada menurutnya Jakarta tidak perlu takut air kiriman dari Katulampa.
“Saya mulai bereskan Waduk Pluit, diperdalam tanggulnya diperbaiki. Lalu saya mengerti sebetulnya kita tidak pernah takut Katulampa, apalagi ada Banjir Kanal Timur waktu Presiden Megawati. Nah di situlah kenapa saya waktu itu ingin membangun besar-besaran di Marunda,” sebutnya.
Ia menyebut orang-orang yang tinggal di aliran sungai juga harus dibereskan. Penduduk yang tinggal di area sungai dapat dipindahkan ke tanah-tanah yang dibebaskan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
“Sayangnya ada 30 km yang belum selesai dari Ciliwung. Kalau itu semua selesai, Katulampa mau datang berapa pun nggak masalah selama bisa sodet ke Banjir Kanal Timur, Barat, kita bisa ada Waduk Pluit, terus 1.300 itu yang diduduki pedagang kita pindahkan ke tanah-tanah yang dibebaskan tadi supaya mereka tidak menduduki parti-parit, got-got antar penghubung tadi,” paparnya.
Tanggul di Utara Jakarta juga harus diperbaiki. Ahok juga menilai pentingnya alat berat di setiap muara untuk terus melakukan penggalian supaya daya tampung airnya optimal.
“Lalu tentu kita ada pasukan biru, pasukan hijau. Kita tidak ingin lagi orang menyapu-menyapu daun, rumputnya dijatuhkan, dimasukkan ke lubang-lubang tali air itu. Dan semua got-got itu harus terus digali. Di situ kita terima kasih kepada pasukan biru yang terus menggali,” katanya lagi.
Ahok menekankan got-got di Jakarta harus dibersihkan dari kotoran yang berpotensi menghambat aliran air. Untuk mengatasi banjir, kata dia, selain butuh kajian tapi butuh keberanian juga untuk melakukan eksekusi.
“Jakarta pasti bebas banjir kok, tidak ada masalah banjir selama tanggul, waduk, pompa-pompa, ada di daerah Selatan yang memang rendah, kan air dari atas ke bawah. Tapi kalau bentuknya mangkok mau tidak mau harus ada pompa. Ini pompa harus dijaga,” ujar dia.