SURABAYA, YAKUSA.ID – Tren produksi film independen lokal mulai mendapat dukungan dari berbagai institusi, termasuk pula dari pihak swasta.
Salah satunya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan program kampanye tahunannya, Anti Corruption Film Festival (ACFFEST).
Ajang kompetisi film pendek ini menarik para film makers untuk meningkatkan kreativitasnya melalui karya film pendek, seperti para film makers muda dari UKM Sinematografi Unair dengan salah satu karyanya.
Ajang kompetisi ini memberikan tantangan yang menarik dari prosesnya yang panjang. Mulai dari Pitching Ide Cerita, Presentasi kepada para Juri dan Mentor, Produksi, sampai Distribusi Film.
Dari beberapa proses tersebut, Ide Film ‘Hitler Mati di Surabaya’ dari Sinematografi Unair berhasil terpilih menjadi salah satu ide yang memperoleh pendanaan produksi dari 677 proposal yang telah dikurasi.
Bahkan pada acara awarding night, Film tersebut juga memperoleh penghargaan Jury Prize Acffest Movie Award Category Short Film.
Keberhasilan film tersebut diperoleh atas motivasi yang cukup kuat bagi seluruh tim untuk menyuarakan kebebasan dan permasalahan tentang korupsi. Harapannya para penonton juga dapat termotivasi untuk mencapai suatu hidup yang lebih baik dan bebas dari korupsi.
Damar Gautama, Sutradara & Penulis Skenario Film Pendek ‘Hitler Mati di Surabaya’, percaya bahwa film bisa menjadi suatu media pembebasan dari keterkungkungan, ketidaktahuan, keterbatasan akses pengetahuan, ketidakadilan, bahkan hal-hal yang kurang beruntung lainnya yang nantinya bisa menawarkan penonton untuk berpikir dan berupaya untuk mencapai suatu taraf hidup yang lebih baik.
Dari film itu, pihaknya ingin menunjukkan bagaimana budaya korupsi di pedesaan, atau pihak yang sangat berhubungan erat dengan budaya feudalism dan abuse of power yang oleh elit di pedesaan.
“Film ini juga membedah wacana soal nasionalisme di dalam carut sengkarut dari permasalahan korupsi.” Ujar Dhamar, mengutip dari RRI.
Film ‘Hitler Mati di Surabaya’ secara sederhana menceritakan tentang kehidupan seorang penjaga makam bernama Mitro yang berubah sejak pemakaman yang dia jaga, Makam Ngagel, mendapat suatu penemuan yang menggemparkan di Surabaya, bahkan Nasional tentang penemuan makam Hitler. (YAKUSA.ID/DIN)