Oleh: Maman Supriatman
“Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Ya’juj dan Ma’juj itu (sekelompok manusia) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?”” (QS. Al-Kahfi: 94).
Pelepasan Ya’juj dan Ma’juj yang merupakan tanda utama akhir zaman, merupakan salah satu tema yang menimbulkan kontroversi, apakah saat ini mereka sudah dilepaskan atau belum?
Terhadap pertanyaan ini, terdapat dua pendapat. Sebagian besar umat Islam dan peminat kajian akhir zaman berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj saat ini belum dilepaskan, karena akan dilepas kelak setelah Nabi Isa AS diturunkan kembali. Pendapat ini didasarkan pada satu-satunya Hadits, yaitu Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Berbeda dengan pendapat di atas, Eskatolog Islam Syekh Imran berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj sudah dilepaskan pada saat Rasulullah SAW masih hidup. Pendapatnya didasarkan atas pemahamannya terhadap Al-Qur’an Surat Al-Anbiya Ayat 95-96.
Karena tidak mungkin ada pertentangan antara Al-Qur’an dan Hadits, maka bagaimanakah Eskatologi Islam menyelesaikan kontroversi ini? Dan yang lebih penting, apa implikasi dari pelepasan mereka?.
Jika kita mempelajari topik Ya’juj-Ma’juj, yang merupakan tanda utama akhir zaman, guna menentukan kapan mereka dilepaskan, dengan menggunakan metodologi yang salah, yaitu memulai mempelajarinya lewat Hadits, dan bukan dimulai dari Al-Qur’an, maka kesimpulan yang diperolehnya bisa menyesatkan.
Faktanya, banyak yang melakukan kesalahan ini yang diperoleh dari hasil mempelajari sebuah Hadits bahwa Ya’juj dan Ma’juj hanya akan dilepaskan pada saat Nabi Isa AS kembali turun ke bumi, dan setelah beliau membunuh Dajjal Al-Masih palsu. Padahal Al-Qur’an sama sekali tidak menghubungkan pelepasan Ya’juj dan Ma’juj dengan kembalinya Nabi Isa AS dan pembunuhan Dajjal.
Jika memulai mempelajari topik ini dengan Al-Qur’an, maka akan mendapatkan informasi bahwa dilepaskannya Ya’juj dan Ma’juj ini dihubungkan dengan kembalinya suatu kaum ke “kota kecil”, dimana mereka sebelumnya diusir dari kota tersebut oleh Allah.
Sesudah mereka diusir dari “kota kecil” itu, maka Allah Yang Maha Tinggi melarang mereka kembali ke sana sampai suatu saat dimana Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan, dan mereka sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia:
وَ حَرٰمٌ عَلٰى قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَاۤ اَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَ. حَتّٰۤى اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ
95. “Kami telah melarang kembalinya suatu bangsa ke kota kecil yang telah Kami hancurkan,”
96. “Sampai Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan, dan mereka menyebar ke berbagai penjuru (atau turun dari berbagai ketinggian).” (QS. Al-Anbiya: 95-96).
Agar ditemukan kebenaran yang tidak terbantahkan dari dilepaskannya Ya’juj dan Ma’juj, maka kita harus menemukan identitas “kota kecil” yang disebutkan dalam ayat di atas.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengidentifikasikan “kota kecil” tersebut adalah dengan menemukan hubungannya yang tidak terbantahkan dari Al-Qur’an dengan Ya’juj dan Ma’juj.
Kedua, Ya’juj dan Ma’juj merupakan salah satu tanda akhir zaman, dan Al-Qur’an telah menyatakan bahwa Nabi Isa AS merupakan tanda-tanda yang paling utama akhir zaman:
“Dan, saksikanlah bawah pasti dia, Nabi Isa AS, (yaitu kembalinya ke dunia) merupakan suatu Tanda dari Saat Akhir; maka janganlah mempunyai keraguan apa pun mengenainya, tetapi ikutilah Aku. Ini (satu-satunya) yang merupakan jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf: 61).
“Kota kecil” ini pastilah merupakan kota yang terhubung dengan Nabi Isa AS, karena tidak ada lagi “kota kecil” yang terhubung dengan beliau. Karenanya kota itu pasti Yerusalem.
Hasil identifikasi “kota kecil” ini adalah Yerusalem dikuatkan dengan Hadits, dimana Ya’juj dan Ma’juj akan melewati Danau Galilea pada waktu mereka sedang menuju gunung di Yerusalem:
“Nabi SAW bersabda, bahwa yang pertama (dari Ya’juj dan Ma’juj) yang melewati Danau Galilea dan mulai meminum airnya, sampai ketika yang terakhir dari mereka melewati Danau itu lagi, mereka akan berkata: “Suatu saat pernah air di sini.” Mereka kemudian meneruskan perjalanannya sehingga sampai di suatu Gunung di Yerusalem dan mereka akan berkata: “Kita telah membunuh semua yang ada di muka bumi. Mari kita bunuh mereka yang ada (di atas) di langit.” (HR. At-Tirmidzi).
Al-Qur’an menyatakan bahwa pengusiran kaum Yahudi dari Yerusalem merupakan keputusan Tuhan, dan juga menyatakan larangan Tuhan bagi kaum tersebut untuk merebut kembali Yerusalem. Ketika kemudian mereka ternyata kembali dan berhasil merebut Yerusalem yang diklaim sebagai milik mereka, keadaan tersebut tidak saja merupakan tanda bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan, dan telah menyebar ke berbagai penjuru, tetapi juga dapat mengungkapkan identitas Yajuj dan Ma’juj dalam aliansi kekuatan Yahudi-Kristen yang menguasai peradaban barat modern, dan yang membawa kaum Yahudi Bani Israil kembali ke Yerusalem.
Karena Al-Qur’an juga menyatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj sebagai agen fasad, yakni penyebab kerusakan di muka bumi (QS. Al-Kahfi: 94), maka dampak dari penyebaran mereka ke berbagai penjuru, adalah mereka melakukan fasad secara universal.
Penjelasan Al-Qur’an mengenai fasad yang mendunia ini, yang menimpa umat manusia sekarang, amat jelas dan gamblang. Ya’juj dan Ma’juj adalah penyebab fasad yang mendunia itu. Tidak ada sebab lainnya lagi.
Tidak saja metodologi yang salah yang mengabaikan Al-Qur’an ini dapat menyesatkan kurun waktu dilepaskannya Ya’juj dan Ma’juj, dan kelalaian dalam mengidentifikasikan penjelasan Al-Qur’an mengenai fasad yang mendunia, hal ini juga dapat membuat interpretasi yang salah dari Hadits bahwa Allah bukan mengirimkan Ya’juj dan Ma’juj, melainkan melepaskan mereka:
“… dan ketika Allah mengirimkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka akan menyebar ke berbagai penjuru. Yang pertama dari mereka akan melewati Danau Galilea dan mereka akan minum dari Danau tersebut. Dan yang terakhir dari mereka akan melewati Danau tersebut dan mereka akan berkata dulu pernah ada air disini.” (Sahih Muslim).
Mereka yang menggunakan metodologi yang salah juga tidak dapat menangkap petunjuk yang diberikan Hadits ini, bahwa ketinggian air di Danau Galilea yang menyusut merupakan tanda bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan. Mereka telah melewati Danau tersebut pada saat mereka sedang menuju Yerusalem.
Kenyataanya sekarang, ketinggian air di Danau Galilea telah sedemikian rendah dari yang pernah terjadi, sehingga hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menjadi kering dan tidak ada setetes air pun di sana. Ini merupakan bukti nyata bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan.
Akhirnya, kita dapat mengarahkan perhatian ke Hadits lain yang mencatat penglihatan Nabi SAW yang dialami pada saat tidur di rumah istrinya Zainab RA. Hadis ini demikian pentingnya sehingga perlu dikutip secara keseluruhan:
“Disampaikan oleh Zainab binti Jahsy: Suatu hari Nabi Allah memasuki rumahnya dalam keadaan takut dan berkata: “Tidak ada satu pun yang berhak disembah melainkan Allah! Terkutuklah orang Arab karena Setan yang Besar telah mendekati (mereka). Hari ini sebuah lubang telah terbuka di tembok penghalang Ya’juj dan Ma’juj seperti ini.” Nabi membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan jempolnya.
Zainab binti Jahsy menambahkan:
“Saya bertanya wahai Nabi Allah! Apakah kita akan dihancurkan semua walaupun ada diantara kita yang shalih? Nabi menjawab: Ya (akan ada waktunya) dimana kejahatan merajalela, yakni kebobrokan, kejahatan, perilaku yang menjijikkan, perilaku seksual yang terbuka dll, yang merajai dunia.” Hal ini menunjukkan tidak saja penindasan politik, ekonomi dan militer terhadap orang Arab, melainkan juga bahwa mereka akan dijelek-jelekkan dengan cara yang penuh kedengkian yang amat sangat. (HR. Shahih Bukhari).
Hal ini tidak saja menunjukkan dengan jelas bahwa dilepaskannya Ya’juj dan Ma’juj telah terjadi pada saat Nabi masih hidup, tetapi juga menunjukkan penghancuran orang Arab terakhir oleh Ya’juj dan Ma’juj akan terjadi pada saat dimana khabas atau kejahatan besar telah melanda. Sedemikian jelasnya seperti di siang hari bolong bahwa kebobrokan meningkat pesat sekarang di tanah Arab.
Tidak dapat dipungkiri lagi, kebobrokan moral telah demikian jelasnya terjadi di berbagai belahan dunia, dimana seorang laki-laki dapat menikahi laki-laki lain dan mendapatkan buku nikah.
Tetapi kebobrokan itu sekarang terjadi di Arab juga. Jutaan jiwa hidup sengsara sebagai pengungsi, dan orang Arab yang benar-benar beriman sekarang hidup dalam kemiskinan yang sangat mengenaskan.
Tidak sukar untuk mengerti mengapa Ya’juj dan Ma’juj ingin menghancurkan orang Arab. Pax Judaica yang akan menggantikan Pax Americana, tidak bisa terjadi selama orang Arab itu dengan gigih melawan penindasan tersebut.
والله اعلم
MS 30/01/24