Opini  

Generasi Muda Sehat, Menuju Indonesia Emas 2045

Potret ilustrasi menuju Indonesia Emas 2045
Potret ilustrasi menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: Mutiara, Siswi SMAN 2 Sumenep (Pemenang Lomba Esai Nomor 2 yang Digelar Yakusa.id)

Indonesia emas 2045 yang menjadi tujuan bangsa Indonesia menuntut sumber daya manusia yang unggul, dan hal yang paling penting terletak pada generasi sehat yang dibentuk sejak usia dini.

Sehat dalam hal ini tidak hanya tentang kesehatan jasmani atau kesehatan fisik saja tetapi juga meliputi kesehatan mental pada anak atau remaja saat ini.

Karena dari fisik dan mental yang sehat kita akan mampu meraih tujuan Indonesia emas tersebut.

Secara fisik mungkin akan lebih mudah dalam merawatnya dengan makan yang bergizi dan cek kesehatan secara rutin.

Akan tetapi kesehatan mental tidaklah mudah di deteksi tanpa pengawasan yang teliti, sebab banyak anak-anak atau remaja masa kini yang tidak berani mengutarakannya.

Yang ingin penulis bahas lebih lanjut dalam materi ini adalah tentang kesehatan mental pada anak atau remaja.

Apa saja faktor yang mempengaruhi atau sebab akibat dari permasalahan mental ini serta bagaimana menanggulanginya , karena pembahasan tentang hal tersebut akan erat kaitannya dengan masa depan bangsa ini.

Menurut penulis faktor kesehatan sama pentingnya dengan faktor pendidikan dalam menciptakan generasi muda yang membanggakan, oleh karena itu perlu adanya keseimbangan dalam prosesnya, antara pendidikan akademis dan pendidikan moral.

Mengapa demikian, karena pendidikan moral erat kaitannya dengan kesehatan mental yang sedang penulis bahas.

Bagi penulis kurangnya pendidikan moral merupakan salah satu faktor atau penyebab dari menurunnya kesehatan mental remaja saat ini.

Banyak dari kita hanya berfokus pada nilai akademis saja tanpa melirik pendidikan moral untuk anak, padahal nilai moral sama pentingnya dengan nilai akademis.

Nilai moral yang di dapat akan berguna dalam kehidupan sehari-hari bahkan setelah anak lulus dari sekolah.

Salah satu contoh akibat dari kurangnya pendidikan moral tersebut bisa kita lihat dari banyaknya pemberitaan tentang anak-anak menjadi pelaku atau korban bullying di sekolah.

Yang mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan mental pada anak atau remaja. Dari survei yang dilakukan oleh I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan sebanyak 15, 5 juta atau sekitar 34, 9% remaja mengalami masalah kesehatan mental, kemudian data dari WHO juga menunjuk 1 di antara 7 anak berusia 10 sampai 19 tahun mengalami masalah kesehatan mental.

Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa masalah kesehatan mental remaja menjadi permasalahan yang serius untuk ditangani.

Sebab semakin lama kita membiarkan hal ini terjadi maka akan semakin banyak remaja Indonesia yang terjebak dalam lingkup yang tidak sehat.

Karena remaja yang mengalami masalah kesehatan mental cenderung tidak dapat fokus dalam proses pembelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari, kesulitan mengendalikan emosi, mengalami perubahan perilaku, kehilangan rasa percaya diri, prestasi menurun, gangguan makan dan tidur, menarik diri dari lingkungan sosial, gangguan fisik.

Lebih jauh lagi, mereka bisa tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak produktif, tidak mampu bersaing di dunia kerja, serta tidak memiliki kesiapan menghadapi tantangan global. Ini jelas bertentangan dengan semangat Indonesia Emas yang menginginkan generasi berkualitas tinggi.

Sebaliknya, remaja dengan kesehatan mental yang baik akan mampu mengenali dan mengelola emosinya, memiliki kepercayaan diri yang kuat, serta mampu menyelesaikan masalah dengan bijak.

Mereka juga lebih siap untuk berkembang, berinovasi, dan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah potret generasi emas yang sebenarnya: sehat secara fisik dan mental, tangguh dalam menghadapi tekanan, serta memiliki empati dan kecerdasan sosial yang tinggi.

Maka dari itu dari pandangan saya pribadi, penting sekali untuk kita menyadari lebih awal permasalahan ini, misalnya kita mulai dari lingkungan keluarga, apabila memiliki putra atau putri yang masih remaja sebaiknya mereka lebih bisa mendekatkan diri kepada putra dan putri mereka, tidak hanya melarang, sebagai orang tua harus lebih sering mendengarkan sehingga para remaja itu merasa memiliki tempat aman untuk berbagi perasaan atau apa saja yang mereka alami di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

Setelah lingkup keluarga kita bisa lebih maju pada lingkungan sekolah, alangkah baiknya apabila pihak guru tidak acuh saat ada siswa siswi nya melaporkan adanya tindakan tidak menyenangkan yang mereka alami, semisal tindak pembullyan atau pelecehan. Sehingga remaja-remaja itu tidak merasa takut untuk menyuarakan ketidaknyaman mereka.

Berlanjut ke lingkup yang lebih luas yaitu kepada pemerintah untuk menyediakan fasilitas kesehatan seperti bekerja sama dengan para ahli semisal psikolog untuk dapat mensosialisasikan permasalahan ini, seperti adanya konsultasi gratis yang dapat di adakan di sekolah pada waktu tertentu sehingga remaja-remaja itu mendapat pemahaman yang lebih luas lagi tentang kesehatan mental yang mereka alami.

Jadi tibalah pada kesimpulan saya bahwa untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045, kita harus lebih peduli lagi pada putra putri bangsa ini agar mereka mampu meneruskan perjuangan dalam memerdekakan bangsa ini, tidak hanya membangun infrastruktur canggih tetapi juga membangun mentalitas yang kuat dan itu di mulai dari anak – anak remaja bangsa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *