Oleh: Mirza Muis Mahendra Munawar (Kader HMI Cabang Bangkalan, Komisariat Pertanian)
Di setiap periode penerimaan mahasiswa baru, gelombang isu miring tentang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selalu menyeruak. Tuduhan seperti “HMI itu sesat,” “organisasi berbahaya,” hingga “sarang konflik dan perdebatan keras” seringkali menjadi narasi yang memengaruhi calon anggota baru.
Mirza Muis Mahendra Munawar, seorang kader HMI Cabang Bangkalan, berpendapat bahwa narasi-narasi negatif ini seringkali lahir dari ketidakpahaman, bahkan kecemburuan, terhadap sejarah dan peran HMI.
Tuduhan yang paling sering muncul adalah anggapan bahwa HMI adalah tempat yang tidak nyaman karena dipenuhi dinamika, perdebatan sengit, dan pembinaan yang keras. Namun, menurut Mirza, justru di situlah letak nilai fundamental dan keunggulan HMI.
Lahir dari Dua Semangat Abadi: Islam dan Nasionalisme
HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, hanya dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Di tengah gejolak mempertahankan bangsa, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, Lafran Pane, bersama rekan-rekannya, mendirikan HMI.
Organisasi ini lahir bukan sekadar sebagai wadah kumpul, melainkan sebagai gerakan intelektual dan moral yang bertekad menyelaraskan dua pilar utama: nilai-nilai keislaman dengan semangat kebangsaan (nasionalisme).
Fakta sejarah mencatat, HMI berperan vital dalam menjaga keutuhan bangsa. Pada masa kelam Pemberontakan PKI tahun 1965, HMI menjadi salah satu kekuatan mahasiswa yang lantang menentang ideologi komunisme, bahkan menjadi target utama pembubaran oleh PKI. Kenyataan historis ini jelas bertolak belakang dengan tuduhan yang berusaha menyesatkan citra HMI.
Tujuan Mulia: Mencetak ‘Insan Paripurna’
Esensi dari HMI terletak pada tujuan kaderisasinya, yang berbunyi: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.”
Tujuan ini adalah cetak biru untuk melahirkan ‘insan paripurna’ yang ditargetkan melalui tiga karakter utama:
Insan Akademis: Berpikir kritis, memiliki keilmuan yang mendalam, dan selalu mencari kebenaran.
Pencipta: Kreatif, inovatif, dan mampu menciptakan solusi untuk tantangan zaman.
Pengabdi: Peduli terhadap masalah sosial dan siap mengabdi kepada masyarakat.
Semua proses kaderisasi di HMI, dari Latihan Kader (LK) hingga forum diskusi intensif, diarahkan untuk membentuk karakter ini: berilmu, beriman, dan beramal.
HMI: Bukan Zona Nyaman, Melainkan Ruang Tempaan (Kawah Candradimuka)
“HMI bukanlah tempat yang didesain untuk kenyamanan,” tegas Mirza. Ia meyakini bahwa kenyamanan adalah musuh perubahan.
Sebaliknya, HMI adalah ruang tempaan mental dan intelektual, di mana mahasiswa didorong untuk menguji pemikiran kritis, berlatih berdialog tajam, dan mempersiapkan diri menghadapi kerasnya realitas kehidupan.
Di HMI, kader tidak dimanjakan. Mereka dididik untuk menjadi Insan Akademis, Insan Pencipta, Insan Pengabdi, Insan yang bernafaskan Islam, dan Insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT, maka tidak heran jika kader hmi kuat dalam berfikir, berjuang, dan memimpin.
Hal ini yang menjelaskan mengapa banyak alumni HMI berhasil menduduki posisi strategis di berbagai sektor, meskipun di sisi lain organisasi ini dituduh sesat.
Fitnah atau Kecemburuan Terhadap Eksistensi?
Lalu, dari mana datangnya tuduhan ‘sesat’ atau ‘berbahaya’?
Penulis menilai, tuduhan-tuduhan ini seringkali berakar dari ketidaktahuan, minimnya pengalaman mengikuti proses di HMI, atau bahkan ‘kecemburuan’ terhadap eksistensi dan peran HMI yang masif di tingkat nasional.
Ketika sebuah organisasi berhasil menempatkan ribuan alumninya di posisi-posisi strategis mulai dari menteri, akademisi, pimpinan perusahaan, hingga aktivis di tingkat akar rumput narasi negatif kerap dijadikan senjata untuk menjatuhkan moral dan daya tarik organisasi tersebut di mata mahasiswa baru.
Pada akhirnya, bagi mahasiswa baru yang mencari wadah untuk mengembangkan diri secara intelektual dan spiritual, menimbang sejarah dan realitas peran HMI adalah kunci. Jawabannya tidak ada dalam ‘kata orang’ atau kabar burung, melainkan dalam fakta-fakta sejarah, tujuan organisasi yang mulia dan kontribusi nyata kader-kadernya bagi agama dan bangsa.
Jangan hanya mendengar, datang dan buktikan sendiri.
#hmicabangbangkalan #hmi #himpunanmahasiswaislam












