YAKUSA.ID – Ribuan warga dari empat penjuru Pulau Madura tumpah ruah di kawasan Monumen Arek Lancor, Sabtu (1/11/2025) malam.
Mereka datang bukan sekadar menonton, tetapi ikut larut dalam kemeriahan “Semalam di Madura”, sebuah perhelatan budaya spektakuler yang menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi ke-495 Kabupaten Pamekasan.
Gelaran yang diselimuti suasana hangat dan penuh semangat itu menampilkan beragam kesenian khas dari empat kabupaten di Madura, mulai dari Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan tentu saja tuan rumah, Pamekasan.
Panggung megah di jantung kota ini juga dimeriahkan oleh alunan musik Gambus Balasyik, yang berhasil memikat ribuan penonton hingga larut malam.
Hadir dalam acara tersebut, Bupati Pamekasan KH Kholilurrahman bersama Wakil Bupati H Sukriyanto, jajaran Forkopimda, pimpinan OPD, serta tokoh-tokoh budaya dari seluruh Madura.
Turut hadir pula Direktur KMA Kementerian Kebudayaan RI, Syamsul Hadi, yang datang khusus untuk memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara kebanggaan masyarakat Madura ini.
Bupati Kholilurrahman menyampaikan rasa syukurnya karena dapat berkumpul bersama masyarakat dalam suasana penuh kebersamaan dan cinta budaya. Ia menegaskan bahwa tema Hari Jadi ke-495, “Pamekasan Kreatif dan Maju”, tidak hanya berbicara tentang pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga tentang pelestarian warisan budaya sebagai akar kemajuan.
“Semalam di Madura bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur kita. Monumen Arek Lancor ini dipilih karena mengandung filosofi keberanian dan semangat juang yang menjadi ciri khas masyarakat Madura,” ujarnya.
Sementara itu, Syamsul Hadi dari Kementerian Kebudayaan RI menilai peringatan hari jadi ke-495 Pamekasan merupakan refleksi sejarah panjang tentang daya tahan dan kreativitas masyarakatnya. Ia menekankan pentingnya menjadikan momentum ini sebagai ajang meneguhkan jati diri daerah.
“Pamekasan memiliki posisi strategis di tengah-tengah Pulau Madura, menjadikannya simpul penting dalam peradaban budaya Madura. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat perlu terus diperkuat agar kebudayaan tak sekadar dikenang, tapi terus hidup,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Kementerian Kebudayaan akan terus mendorong program Dana Indonesiana untuk mempercepat pengembangan kebudayaan berbasis komunitas di daerah-daerah, termasuk Madura.
Hingga acara berakhir, gemerlap lampu, tabuhan musik tradisi, dan semangat masyarakat yang tak surut menjadi saksi bahwa Pamekasan bukan hanya kota di tengah Madura, melainkan pusat denyut budaya dan keberanian di pulau garam.












