Jejak Energi di Giligenting: dari Hulu Migas ke Kehidupan Warga

Pelatihan Fermentasi pakan ayam petelur Oleh SKK Migas dan Medco Energy di Giligenting Sumenep

YAKUSA.ID – Mentari baru menembus sela dedaunan kelapa di Pulau Giligenting. Suara ombak di pesisir Bringsang berpadu dengan kokok ayam dari kandang milik warga. Di halaman rumah sederhana, peternak duduk bersila, memperhatikan ember-ember besar berisi bekatul, air gula, dan cairan probiotik.

Tak ada mesin bor atau pipa baja di sana, tapi pelatihan yang sedang mereka ikuti ini sejatinya adalah bagian dari denyut industri hulu migas. Energi yang mengalir, tapi bukan dalam bentuk gas, melainkan pengetahuan dan harapan.

Pelatihan fermentasi pakan ayam petelur ini merupakan hasil persembahan SKK Migas dan Medco Energi Madura Offshore Pty. Ltd., yang selama ini dikenal di dunia eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Mereka datang bukan membawa peralatan pengeboran, melainkan membawa misi kemanusiaan, menguatkan masyarakat pesisir agar berdaya dari dalam.

Dalam peta energi nasional, sektor hulu migas adalah tulang punggung. Dari sinilah gas bumi, dan minyak mentah, diproduksi untuk menopang listrik, transportasi, dan industri. Namun, ketahanan energi sejati tidak hanya bergantung pada ketersediaan sumber daya alam, melainkan juga pada kemampuan manusia di sekitarnya untuk mandiri, berdaya, dan menjaga keberlanjutan.

Itulah semangat yang coba dihadirkan oleh Medco Energi, perusahaan energi nasional yang berdiri sejak 1980 dan kini beroperasi di berbagai blok migas, termasuk Madura Offshore. Di Jawa Timur, perusahaan ini merupakan salah satu pemasok utama gas alam terhadap PT Perusahaan Gas Nasional untuk memasok kebutuhan energi dunia industri di Jawa Timur.

Namun perusahaan ini memahami, energi sejati tak hanya diukur dari angka produksi, melainkan dari energi sosial yang mereka bangun di tengah masyarakat.

“Kami ingin memastikan bahwa setiap tetes energi yang kami hasilkan juga memberi arti bagi kehidupan masyarakat sekitar. Itulah bentuk tanggung jawab sosial kami,” ujar perwakilan Medco Energi dalam
sambutan pembukaan pelatihan, Senin, (13/10/2025).

Fermentasi, Ilmu yang Menumbuhkan

Pelatihan yang digelar di Desa Bringsang ini menggandeng Emy Koestanti Sabdoningrum, salah satu Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Dengan gaya komunikatif, Emy menjelaskan bagaimana bahan-bahan sederhana seperti bekatul dan jagung giling dapat diolah menjadi pakan fermentasi bergizi tinggi.

Warga DesaBringsang Giligenting, Sumenep saat mengikuti pelatihan Fermentasi oleh Medco Energy dan SKK Migas

“Fermentasi menurunkan serat kasar dan meningkatkan kecernaan pakan. Ayam lebih sehat, produksi telur meningkat, dan biaya pakan bisa ditekan hingga 30 persen,” katanya.

Peternak mendengarkan dengan antusias. Mereka mencatat, bertanya, dan mencoba langsung.

“Dulu kami tergantung pada pakan pabrikan. Mahal dan sering terlambat datang karena kapal tidak jalan. Sekarang kami tahu cara buat sendiri,” ujar Husni, peternak asal Gedugan.

Kegiatan ini juga dihadiri Zulfah, perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Sumenep. Ia menegaskan bahwa pelatihan seperti ini bukan hanya soal ternak, melainkan bagian dari ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

“Kalau masyarakat mampu memproduksi pakan sendiri, mereka lebih mandiri. Ini sejalan dengan upaya menjaga ketahanan energi dan pangan nasional dari akar rumput,” ujarnya.

Keterlibatan Medco Energi dan SKK Migas di Giligenting bukanlah proyek sesaat. Dalam strategi pengelolaan industri migas nasional, keduanya memiliki tanggung jawab sosial yang diatur melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM). Tujuannya sederhana namun mendalam,  menghubungkan energi industri dengan energi sosial masyarakat.

Medco Energi sebagai salah satu perusahaan yang konsisten mengembangkan program keberlanjutan. Selain di bidang peternakan, mereka juga menjalankan inisiatif konservasi lingkungan, pendidikan vokasi, hingga pemberdayaan UMKM di sekitar wilayah operasinya, seperti di Sampang, Lematang, dan Tarakan.

Data publik menunjukkan, pada tahun 2024, Medco berhasil menyalurkan lebih dari USD 12 juta untuk program sosial dan lingkungan, termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Program seperti pelatihan pakan fermentasi ini menjadi bukti nyata bahwa kontribusi industri hulu migas bisa menjangkau sektor-sektor non-energi, bahkan sampai ke dapur rumah-rumah warga.

Dampak Berkelanjutan

Setelah pelatihan, setiap kelompok peternak di Giligenting mendapatkan bantuan peralatan fermentasi: drum plastik, bahan starter, dan wadah kedap udara. Tak lama kemudian, hasil fermentasi pertama digunakan di beberapa kandang uji. Hasilnya memuaskan. Ayam lebih aktif, konsumsi pakan meningkat, dan produksi telur pun bertambah.

“Sekarang kami bisa hemat sampai Rp300 ribu per minggu,” ujar Mansur, Ketua Kelompok Gunung Jaya.

Ia menambahkan, ke depan kelompoknya berencana menjual pakan fermentasi kepada peternak lain.

“Kami ingin mandiri. Kalau bisa, malah jadi usaha baru.” sambungnya.

Para peternak juga membentuk grup komunikasi berbasis WhatsApp untuk saling bertukar pengalaman dan memantau perkembangan. Dalam grup itu, mereka tak hanya membahas ternak, tapi juga harga pakan, peluang usaha, bahkan ide mengolah limbah ayam menjadi pupuk organik.

Ratusan ayam petelur milik salah satu Warga Bringsang Giligenting

“Ternyata belajar bikin pakan bisa jadi awal untuk banyak hal,” kata Laili, peserta perempuan yang aktif di kelompok.

Kegiatan sederhana di Giligenting sesungguhnya menggambarkan pergeseran paradigma baru dalam industri energi: bahwa kekuatan sektor hulu migas tidak hanya bergantung pada ladang minyak, tetapi juga pada kemampuan membangun daya tahan sosial dan ekonomi masyarakat.

“Ketahanan energi itu bukan hanya soal cadangan minyak dan gas. Ia tentang bagaimana masyarakat bisa berdiri tegak ketika sumber daya alam suatu saat menurun,” ujar salah satu perwakilan SKK Migas di tempat terpisah.

Di tingkat nasional, SKK Migas memang tengah memperkuat kebijakan Local Content dan Community Empowerment di setiap wilayah operasi. Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang agar industri migas tidak hanya meninggalkan infrastruktur, tetapi juga jejak pengetahuan dan kemandirian.

Ketika hari menjelang sore, pelatihan ditutup dengan doa dan senyum puas. Ember-ember berisi pakan fermentasi dibawa pulang, disusun rapi di atas perahu kecil. Ombak sore menggoyang lembut, seolah ikut merayakan lahirnya babak baru bagi warga Giligenting: babak di mana mereka tak hanya bergantung pada pasokan dari darat, tapi mulai memproduksi sumber daya sendiri.

Di tengah semua dinamika energi global — dari fluktuasi harga minyak hingga dorongan transisi energi hijau — kisah kecil di Giligenting memberi pelajaran besar, bahwa energi sejati adalah tentang daya hidup.

Dari sumur gas di lepas pantai Madura, aliran energi kini menjelma menjadi ilmu di sawung-sawung ayam penduduk. Dari perusahaan besar hingga tangan petani kecil, semuanya terhubung dalam satu napas, menjaga agar nyala energi Indonesia tak pernah padam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *