PAMEKASAN, YAKUSA.ID – Anggapan buruk terhadap kinerja polisi tak pernah sedikitpun menyurutkan langkah dua personel polisi yang bertugas di Polres Pamekasan, Jawa Timur ini.
Adalah Ipda Nur Fajri Alim, Kanit Tipidkor Polres Pamekasan, dan Bripka Sutrisno, Babhinkamtibmas Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan. Yang satu sebagai perwira pertama di tubuh polri, dan satunya seorang bintara tingkat empat.
Baik Ipda Fajri dan Brigadir Sutrisno bahkan mendapatkan julukan khusus dari Kapolres Pamekasan, AKBP Jazuli Dani Iriawan. Fajri dijuluki Inspektur otomotif, sedang Sutrisno dijuluki Brigadir Santri.
Julukan keduanya bukan tanpa alasan. Ipda Fajri yang saat ini menjabat sebagai Kanit Tipidkor itu juga memiliki kegiatan di luar kedinasannya. Fajri dikenal sebagai penggagas police enjoy, sebuah wadah bagi para remaja yang menggandrungi balap liar. Sedang Sutrisno yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Jungcangcang itu sudah langganan menjadi khotib salat jumat hingga vokalis sebuah majelis shalawat Riyadul Jannah Korda Madura.
“Mereka ini memiliki cara tersendiri dalam bergaul dengan masyarakat di luar kedinasannya,” ujar AKBP Dani, pada Yakusa.id.
JikaFajri terbiasa melepas seragamnya saat berdialog dengan para pembalap liar di setiap Malam Minggu, Maka Sutrisno selalu mengenakan seragamnya saat mengisi khutbah dan menjadi vokalis sholawat.
Bila Fajri selalu menerapkan prinsip‘tak perlu naik panggung saat penyerahan piala’, maka Bripka Sutrisno memilih prinsip mengenalkan kinerja polisi bermasyarakat.
“Polisi memang aparat penegak hukum, tetapi polisi juga pengayom, dan saya bangga dengan dua anggota saya ini,” cerita AKBP Dani yang baru 6 bulan itu menjabat sebagai Kapolres Pamekasan.
Ipda Fajri yang ‘Gila’ Otomotif
Tak gampang mengubah pola pikir para milenial yang terlibat dalam dunia balap liar, namun memberikan fasilitas agar hobi mereka tersalurkan dengan baik dan benar, menjadi upaya dalam mengurai sedikit demi sedikit ke arah perilaku yang lebih baik dan berfaidah.
Begitu yang dilakukan Ipda Nur Fajri Alim, salah satu perwira yang bertugas di Polres Pamekasan itu.
Sebagai polisi yang kini menjabat sebagai Kanit Tipidkor Satreskrim Polres Pamekasan, Fajri begitu peduli pada kalangan milenial, terlebih pada kreativitas mereka yang mempunyai hobi balap liar.
Dalam benak Fajri, para pembalap liar hanya membutuhkan fasilitas untuk meluapkan bakat yang dimilikinya.
“Kadang mereka yang nekat melakukan balap liar karena hobinya tak tersalurkan, mereka hanya perlu fasilitas saja,” ujar Fajri, pada YAKUSA.ID, usai mengikuti upacara Hari Bhayangkara ke-78, Senin, 01 Juli 2024 lalu.
Selain tugas utamanya sebagai seorang polisi, Fajri juga memimpin para anak muda hingga komunitas motor. Ia meluangkan waktu di luar kedinasannya untuk menyapa para anak muda serta para remaja yang menyukai balap liar. Ia kerap kali menyapa mereka saat hendak ingin balap liar.
Fajri bercerita, bila dirinya sering begadang saat harus menemui para penggila balap liar. Beberapa dari mereka bahkan tak tahu bila Fajri seorang polisi. Cara yang tak biasa ditempuh Fajri demi humanisme kepolisian. Ia mengaku tak mau ada sekat antara dirinya yang polisi dengan masyarakat, khususnya mereka yang suka balap liar.
Kedekatan dengan penggila balap liar itulah yang membuatnya menggagas Police Enjoy satu tahun silam. Sebuah wadah yang yang ingin mencerminkan bahwa seorang polisi pun bisa berbaur dengan para pembalap, atau penggila balapan liar.
Kegilaannya pada dunia motor membuat Fajri mengamini permintaan para rider hingga anak muda untuk memiliki bengkel khusus para pembalap. Bengkel itupun sudah diresmikan pada bulan Maret 2024 lalu.
Kehadiran PE246 dan Police Enjoy menjadi wadah bagi Fajri dalam mewarnai dunia otomotif, serta untuk mewadahi para anak muda yang gemar balap liar.
Bak sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Kehadiran Police Enjoy semakin mempererat jalinan silaturahmi dan ikhtiar Ipda Fajri dengan para anak muda yang suka balap liar maupun yang tergabung dalam klub motor.
“Bismillahirrahmanirrahim, atas izin Allah SWT, mudah-mudahan ini menjadi wadah sebagaimana yang diharpakan, yakni untuk merubah pola pikir anak muda dan menjadi wadah untuk berkreasi dalam dunia otomotif,” katanya.
Bripka Sustrisno Sang Khotib dan Vokalis Sholawat
Bripka Sutrisno, Bhabinkamtibmas Kelurahan Jungcangcang ini merupakan salah satu personel Polres Pamekasan yang juga aktif dalam kegiatan majelis shalawat. Saat hari jumat dia juga dipercaya sebagai khotib di beberapa masjid, mulai dari masjid di Lembaga Pemasyarakatan hingga masjid di bebeberapa desa dan kelurahan di Pamekasan.
“Saya pernah naik ke panggung pun saat hendak mengisi salawat, saya diteriaki dengan kata kata sambo,” ujarnya pada Yakusa.id.
Tapi niatnya untuk memperbaiki citra polisi tak pernah padam. Bripka Sutrisno masih yakin, kelak masyarakat akan selalu memercayai polisi sebagai pengayom, dan pelindung bagi warga. Kegigihan itulah rupanya yang membuatnya dianggap seperti keluarga oleh seluruh masyarakat di Kelurahan Jungcangcang.
Rekam jejaknya sebagai seorang santri di Ia aplikasikan betul. Ia bahkan mengenakan seragam polisinya itu – seragam kebanggaan – bagi para personel korp bhayangkara – untuk mengisi khutbah.
“Saya tak hendak pamer secara pribadi, namun hanya ingin mengenalkan tentang instansi polisi itu tak sebagaimana anggapan masyarakat, kami juga bisa berbaur,” ujarnya.
“Bukankah polisi tak semestinya hanya urusan pistol, tapi saya juga pegang mic,” celotehnya.
Bripka Sutrisno bercerita, jika Ia sempat menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Huda Desa Duko Timur, Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Dari sanalah Ia digembleng pengetahuan keagamaan. Sejak di Pesantren itulah Ia kemudian menguatkan tekad untuk bisa berdakwah dimana saja.
Ia ingin berdakwah melalui jalur polisi. Sesuatu yang mungkin tak banyak polisi melakukannya, dan hanya segelintir saja
Benar pepatah nila setitik rusak susu sebelanga, kata Bripka Sutrisno. Tindakan satu orang polisi yang menyalahi aturan, bisa berimbas pada anggapan buruk terhadap semua polisi. Ia sendiri mengalami bagaimana dicibir dengan tuduhan ingin mengelabuhi masyarakat. Terlebih saat awal-awal munculnya kasus Ferdy Sambo, seorang Jenderal yang terbukti membunuh anak buahnya sendiri.
“Saya bahkan tak terlalu menggubris, tapi lambat laun masyarakat di tempat bertugas akhirnya mengerti,” katanya.
Kini Bripka Sutrisno mengaku masih memiliki pekerjaan besar dalam melayani rakyat. Ia bertekad ingin mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada polisi yang dekat dengan rakyat. Ia ingin terus berdakwah melalui jalan kepolisian.
“Berdakwah itu kan dimana saja, selama bumi dipijak disitu langit dijunjung,” pungkasnya. (YAKUSA.ID/DIN)