Oleh: Norholis (kader HMI Istiqlal UIM)
Himpunan mahasiswa islam atau yang di kenal dengan singkatan HMI merupakan salah satu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, memiliki sejarah panjang dalam mencetak pemimpin bangsa. Sejak didirikan pada 5 Februari 1947, HMI berkomitmen untuk melahirkan insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya Masyarakat adil dan Makmur. Komitmen ini diwujudkan melalui sistem pengkaderan yang berorentasi pada pembentukan intelektual, spiritual, dan kepemimpinan.
Dalam era globalisasi yang penuh tantangan, relevansi peran HMI semakin terasa karena organisasi ini berperan sebagai wadah yang mempersiapkan generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis, jiwa kepemimpinan yang kuat, dan nilai-nilai moral yang kokoh. Dengan membekali kadernya dangan wawasan keislaman dan kebangsaan, HMI tetap menjadi salah satu pilar penting dalam menciptakan pemimpin masa depan yang berkualitas.
Sistem pengkaderan HMI menjadi salah satu kekuatan utama organisasi ini dalam membentuk generasi pemimpin. Melalui pelatihan berjenjang,mulai dari Latihan kader 1 (LK-1) hingga Latihan Kader 3 (LK-3), HMI tidak hanya memberikan pembekalan teoritis, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Selain itu, HMI menanamkan nilai-nilai keislaman yang universal sebagai landasan moral dalam setiap Tindakan.
Pendekatan ini memastikan bahwa kader HMI tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi nuga memiliki integritas dan etika yang tinggi. Dengan sistem yang terstruktur dan berkesinambungan, HMI berhasil mencetak banyak tokoh nasional, seperti Nurcholis Madjid, Akbar Tandjung, dan Anies Baswedan, yang membuktikan kualitas kaderisasi organisasi ini.
Dalam menghadapi era digital dan Revolusi industry 4.0, HMI juga perlu beradaptasi agar perannya tetap relevan. Teknologi informasi dapat menjadi alat yang efektif untuk memperluas jangkauan pengkaderan dan memfasilitasi diskusi antar anggota. Melalui platform digital, HMI dapat menyampaikan materi pengkaderan, menyelenggarakan seminar online, dan memperkuat jaringan antar kader di bawah wilayah.
Selain itu, HMI juga harus mengintegrasikan isu-isu global, seperti keberlanjutan lingkungan, inovasi teknologi, dan hak asasi manusia, kedalam kurikulum pengkaderannya. Dengan car aini, kader HMI tidak hanya siap menghadapi tantangan lokal, tetapi juga memiliki wawasan dan kemampuan untuk berkontribusi di Tingkat global. Inovasi ini penting untuk menjaga HMI sebagi organisasi yang dinamis dan relevan dalam mencetak pemimpin masa depan.
Sebagai organisasi yang berbasis pada nilai-nilai islam dan keindonesiaan, HMI memiliki tanggung jawab untuk terus menjadi mitra kritis pemerintah dan Masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa. Dalam konteks ini, HMI harus tetap independent dan konsisten dalam memperjuangkan keadilan sosial, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan mutu Pendidikan. Dengan peran strategis ini, HMI dapat memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan tatanan Masyarakat yang lebih baik.
Relevansi HMI dalam membentuk generasi pemimpin masa depan tidak hanya terletak pada kemampuan melahirkan individu yang unggul, tetapi juga pada keberhasilannya dalam membangun komunitas yang solid, berintegritas, dan berorentasi pada kemaslahatan umat. Dengan tetap berpegang pada tujuan HMI, “terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan dan bertanggung jawab atas terwujudnya Masyarakat adil dan Makmur yang di Ridhoi allah SWT”. HMI akan terus menjadi salah satu pilar penting dalam pembanguan bangsa.