Bulog Dengar Petani: Jangan Biarkan Pangan Jadi Angan Semata

YAKUSA.ID Romadhon Jasn, Direktur Gagas Nusantara, diminta petani menyampaikan keluhan mereka kepada Bulog di tengah panen raya 2025.

Sebagai penyangga pangan, Bulog terus menyerap gabah dengan baik, menjaga stok beras nasional di level aman. Namun, jeritan petani di lapangan menuntut langkah nyata agar ketahanan pangan tak sekadar janji.

Bulog patut diapresiasi atas usahanya. Stok beras cukup untuk Ramadan dan Idulfitri 1446 Hijriah, menunjukkan peran krusial dalam stabilisasi pangan. Harga pembelian gabah di atas HPP, Rp6.500 per kg, membantu petani bertahan dari gejolak pasar.

Kerja sama dengan TNI, Polri, dan gapoktan memperkuat penyerapan di daerah. Rencana transformasi Bulog menjadi badan otonom di bawah Presiden Prabowo Subianto membuka peluang ketangkasan, berpotensi tekan inflasi pangan seperti model sektor swasta.

Namun, Romadhon diminta menyampaikan ke Bulog agar menangani dominasi tengkulak yang masih kuat. Petani kesulitan menjual gabah langsung, terjebak harga murah dari perantara.

Sistem pembelian gabah kering panen (GKP) juga bermasalah—pihak seperti Babinsa, yang tak selalu paham kualitas, sering tolak gabah petani karena basah atau kotor, picu kerugian.

Keluhan lain yang Romadhon sampaikan adalah harga beras Bulog di pasar, yang kurang kompetitif akibat bunga pinjaman dari skema pembiayaan pascabayar.

Transformasi kelembagaan, meski menjanjikan, memunculkan keresahan pegawai soal aset dan regulasi yang bisa tumpang tindih. Petani berharap Bulog fokus pada solusi, bukan hanya ganti wajah organisasi.

Romadhon diminta menyampaikan ke Bulog agar reformasi pembiayaan, kurangi beban bunga, demi beras murah yang terjangkau. Koordinasi dengan gapoktan dan dinas pertanian perlu diperdalam untuk hapuskan tengkulak, pastikan petani dapat harga adil.

Ancaman iklim juga jadi sorotan. Romadhon menyerukan Bulog manfaatkan teknologi prakiraan cuaca untuk antisipasi gangguan produksi padi yang kian tak menentu.

Gudang penyimpanan, menurut petani, harus dikelola efisien, bukan sekadar disewa, untuk hemat biaya. Romadhon diminta desak Bulog transparan soal harga dan distribusi agar publik percaya.

Petani butuh pasar yang adil. Romadhon menyampaikan ke Bulog agar dengarkan mereka: perbaiki sistem, kuatkan koordinasi, dan utamakan pangan rakyat.

Masyarakat menanti beras terjangkau, petani menanti keadilan, dan negara menanti pangan aman. Romadhon menegaskan bahwa keluhan ini bukan beban, melainkan peluang Bulog bangun sistem lebih baik.

Bulog kini di ujung tombak. Langkah nyata menentukan: apakah pangan jadi angan semata, atau harapan petani terwujud?.

Gagas Nusantara siap kawal perubahan ini, demi pangan yang tak hanya aman, tapi juga adil bagi semua. (YAKUSA.ID-HS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *