Opini  

Akselerasi Teknologi Pembelajaran dalam Training HMI

Oleh : Ismail Suardi Wekke (Wasekjen PB HMI Bidang Hubungan Internasional 2006-2008)

Saat ini, selain pemutaran film (Allahuyarham) Lafran Pane yang sementara berlangsung, secara internal Badan Pengelola Latihan (BPL) di tingkat PB HMI juga bersiap melaksanakan musyawarah nasional.

Selama ini keberadaan BPL menjadi instrumen dalam menyelenggarakan latihan yang menjadi bagian utama keberadaan HMI sebagai organisasi kader.

Maka regenerasi BPL HMI menjadi sebuah keperluan organisasi selain untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan.

Satu hal yang menjadi perhatian dan belum dijadikan sebagai sebuah tradisi dalam aktivitas perkaderan HMI adalah absennya media pembelajaran.

Saat ini, kita sebatas pada papan tulis, spidol, dan sesekali menggunakan LCD. Padahal, teknologi pendidikan sudah sedemikian maju dan pesatnya, serta beragam.

HMI bersama-sama dengan BPL, masih saja tetap nyaman dengan menggunakan perangkat tradisional. Bahkan yang paling sederhana saja, seperti website. Itu belum dikelola dengan prinsip yang berkelanjutan.

Dari periode ke periode, selalu saja dimulai dengan domain baru. Bahkan, kekayaan data yang sudah ada di periode sebelumnya itu hilang begitu saja.

Termasuk input data anggota yang tidak ditampung dalam sebuah pangkalan data. Padahal, dengan gratis dan memungkinkan penggunaan teknologi paling sederhana, yaitu Google Form. Bahkan setiap mahasiswa sudah memegang gawai yang berbasis android. Itu berarti bahwa akses Google For, dan juga Google Drive sudah tersedia. Hanya saja tidak digunakan untuk transformasi organisasi.

Penulis mendambakan wujudnya www.hmi.or.id. Sekaligus bisa menjadi pangkalan data informasi, termasuk juga memutakhirkan karya-karya akademik baik kader, maupun peneliti HMI.

Jika Victor Tanja ketika menyelesaikan disertasi di Hartford, mengemukakan keberadaan HMI sebagai organisasi yang turut dalam gelombang pemikiran Islam Indonesia, maka tentu saja HMI perlu mengidentifikasi relevansi keberadaannya untuk kini dan masa yang akan datang.

Jangan sampai keberadaan HMI justru menjadi beban, dan kemudian mengesalkan sehingga alumni sekaliber Nurcholish Madjid pun berujar terkait pembubaran HMI.

Itu tentu saja dilandasi karena kecintaan terhadap HMI. Percakapannya terkait dengan pembubaran HMI semata-mata karena melihat HMI secara makro tidak lagi menaruh fokus pada gerak langkah yang berorientasi pada spirit pendiriannya.

Maka, apa yang dapat dilakukan HMI melalui BPL? Ketika Ketua Bidang PA PB HMI dijabat Arief Mustopo, dan kemudian terpilih di Kongres Palembang 2008, kang Arief mengemukakan perlunya modernisasi perkaderan.

Namun, kang Arief belum dapat mengimplementasikan itu selama periode kepemimpinannya, dan justru kemudian apa yang ada saat ini masih tetap seperti sedia kala. Bermodalkan spidol dan papan tulis.

Sementara media yang ada saat ini bertebaran. Selain tadi Google Form, dan Google Drive, masih ada pula produk lain Google yaitu Youtube. Dimana materi-materi yang disajikan di Latihan Kader, dapat diperkaya dengan hadirnya video pembelajaran.

Sehingga boleh jadi, ada sebuah channel satu khusus yang dikelola BPL seluruh Indonesia untuk menyajikan materi “nasional”, sehingga dapat dipelajari kapan saja dan dimana saja. Termasuk bagi kader-kader HMI yang berada di luar negeri.

Penulis melihat sejak kepemimpinan Ketua Umum PB HMI, Saddam Al Jihad (2018-2020), pembentukan cabang istimewa mulai wujud. Termasuk di Eropa, dengan hadirnya cabang Turkiye.

Maka, bagi mereka yang berada di luar negeri dan dengan akses internet yang memadai, memungkinkan untuk tetap memahami kondisi Indonesia dan juga denyut nadi rakyat Indonesia. sekalipun mereka berada jauh diluar geografis Indonesia.

Belum terlambat, maka dengan momentum BPL menyongsong munas yang akan datang menjadi peluang untuk segera berbenah. Ketika gagal, maka lambat laun HMI semakin tidak diminati oleh mahasiswa baru. Pada saatnya nanti, kalau itu tidak dimitigasi, akan menjadi “bangkai” dan bubar dengan sendirinya. Semoga itu tidak terjadi. Wallahu a’lam bishshawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *