Bincang Gagasan, UICI Hadirkan Gagasan Lintas Kementerian terkait Ketahanan Pangan dan Digital Talenta dari Desa

JAKARTA, YAKUSA.ID – Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) Menggelar acara Bincang Gagasan dengan tema Reindustrialisasi Pertanian: Membangun Ketahanan Pangan dan Digital Talenta dari Desa pada Rabu (05/02/2025). Bincang Gagasan ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-4 UICI.

Acara ini menghadirkan narasumber Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, Wakil Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Ahmad Riza Patria dan Staf Ahli Menteri Koordinator Pangan Prayudi Syamsuri.

Dalam sambutannya, Rektor UICI Prof. Laode Masihu Kamaluddin menekankan pentingnya pendidikan dalam rangka menyambut tahun emas 2045.

Ia mengungkapkan Indonesia mempunya potensi menjadi negara dengan terbesar keempat di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.

Namun, menurutnya, untuk mencapai visi tersebut, Indonesia harus memenuhi kebutuhan 9 juta talenta digital yang tersebar tidak hanya di perkotaan, tetapi juga hingga ke pedesaan.

“Oleh karena itu, talenta digital di desa menjadi fokus kita,” ujar Prof. Laode.

Ia juga menyoroti konsep Pendidikan saat ini yang masih berbasis perkotaan. Hal ini menciptakan ketimpangan akses pendidikan antara desa dan kota.

Paradigma pendidikan yang berbasis perkotaan ini menjadikan desa semakin tertinggal. Padahal, di desa menyimpan potensi yang luar biasa.

“Oleh karena itu, UICI hadir dengan platform Artificial Intelligence Digital Simulator Teaching Learning System (AI DSTLS) untuk menerobos kecerdasan sampai ke desa-desa juga,” tambahnya.

Bincang Gagasan yang menghadirkan narasumber dari lintas kementerian dipandu oleh Dosen Teknologi Industri Pertanian Dr. Walneg.

Narasumber pertama, Viva Yoga Mauladi menyampaikan transmigrasi di era kepemimpinan Prabowo – Gibran diarahkan untuk mendukung swasembada pangan nasional.

Viva menjelaskan program transmigrasi ini bersifat sukarela yang memungkinkan para transmigran mendapatkan lahan siap tanam dan layak huni, yang secara langsung berkontribusi terhadap kemandirian pangan.

“Lahan pekarangan dan lahan usaha yang diberikan kepada transmigran menjadi hak normatif yang diperuntukkan sebagai sumber pangan,” kata Viva.

Dari 153 kawasan transmigrasi yang ada, sebagian besar memiliki keterkaitan langsung dengan kawasan pertanian nasional.

Sementara itu, Ahmad Riza Patria menyampaikan pentingnya transformasi digital di desa sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. Digital telah menjadi prioritas strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah pengembangan desa digital dan desa wisata.

Namun, tantangan masih besar, mengingat data Indeks Desa Membangun (IDM) 2023 menunjukkan bahwa 4,62% atau sekitar 3.477 desa di Indonesia belum memiliki akses telepon seluler maupun jaringan internet.

“Sudahkah desa kita menerapkan konsep desa digital? Jika belum, inilah saat yang tepat untuk mulai bertransformasi,” ujar Ahmad Riza Patria.

Sedangkan Prayudi Syamsuri menyampaikan paradigma industri pertanian Indonesia harus berubah, bukan lagi berorientasi pada peningkatan produksi semata, melainkan menyesuaikan diri dengan permintaan pasar.

“Dalam industri pertanian, kita harus mengubah paradigma dari yang awalnya ‘jual apa yang kita produksi’ menjadi ‘produksi apa yang dapat kita jual’,” ujar Prayudi.

Menurutnya, perubahan ini menuntut pergeseran orientasi dari sekadar meningkatkan produksi menjadi memahami kebutuhan pasar dan mengoptimalkan potensi pemasok.

Prayudi menyoroti fakta bahwa jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Sensus Pertanian BPS, jumlah petani turun dari 31,7 juta orang pada tahun 2013 menjadi 28,19 juta orang pada tahun 2023. Penurunan ini terutama terjadi pada subsektor tanaman pangan (-22,68%), hortikultura (-19,48%), perkebunan (-21,38%), dan peternakan (-17,28%).

Selain itu, 66,4% petani Indonesia saat ini berusia di atas 45 tahun, sementara minat generasi muda terhadap sektor pertanian terus menurun.

Penulis: Yunita Agustini (Mahasiswa program studi Komunikasi Digital angkatan kedua yang saat ini magang di yakusa.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *