Oleh: Irwan Hidayat*
Matahari sore mengintip dari balik jendela masjid pesantren, melemparkan cahaya keemasan yang menenangkan. Hari-hari di pesantren adalah perjalanan panjang yang penuh dengan pelajaran tentang kehidupan dan keislaman. Namun, setelah lulus, seorang santri sering kali bertanya, “Kemana setelah ini? Bagaimana meneruskan ajaran dan nilai-nilai yang telah ditanamkan selama bertahun-tahun di pesantren?”
Pertanyaan ini membawa saya ke Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan lebih khusus lagi ke Badan Pengelola Latihan (BPL). Di sini, saya menemukan bahwa nilai-nilai keislaman yang telah saya pelajari bisa diimplementasikan dan dikembangkan dalam konteks yang lebih luas dan dinamis.
BPL HMI adalah Ruang Pengabdian
Masuk ke dalam BPL HMI adalah seperti membuka lembaran baru dalam hidup saya sebagai santri. BPL HMI tidak hanya menawarkan ruang untuk belajar dan berkembang, tetapi juga untuk mengabdi dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata. Di BPL HMI, proses perkaderan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga transformasi karakter dan penguatan nilai-nilai moral.
Di sinilah, prinsip-prinsip Islam yang saya pelajari di pesantren menemukan maknanya. Moderasi, keseimbangan, toleransi, dan keadilan adalah pilar-pilar yang tidak hanya diajarkan tetapi juga dihidupi dalam setiap kegiatan BPL HMI.
Moderasi adalah kunci dalam menghadapi dunia yang penuh dengan ekstremisme. Di BPL HMI, pendekatan moderat ini diterapkan dalam setiap aspek kegiatan, mulai dari seleksi peserta hingga penyusunan kurikulum. Seleksi peserta harus adil dan transparan, memastikan bahwa setiap calon memiliki kesempatan yang sama. Kurikulum pun harus seimbang, mencakup berbagai aspek penting seperti pemahaman organisasi, nilai-nilai keislaman, keterampilan kepemimpinan, dan analisis sosial-politik.
Keseimbangan adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Kurikulum di BPL HMI harus mencerminkan keseimbangan ini dengan menyediakan materi yang komprehensif dan integratif. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang holistik, mencakup pengembangan intelektual, spiritual, dan sosial.
Toleransi adalah landasan penting dalam Islam. Di BPL HMI, toleransi ini diterapkan dengan menghormati latar belakang dan pandangan yang berbeda di antara para kader. Metode pembelajaran yang variatif dan interaktif membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan harmonis. Diskusi kelompok, simulasi peran, studi kasus, dan praktik lapangan adalah beberapa metode yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman peserta.
Pengalaman Empirik di BPL HMI
Sebagai santri yang kini berperan aktif di BPL HMI, pengalaman empiris menjadi sangat penting. Berbagi pengalaman dengan para kader adalah cara efektif untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kisah-kisah dari sejarah Islam tentang kepemimpinan dan kebijaksanaan sering kali menjadi bahan diskusi yang inspiratif.
Di BPL HMI, nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang saya pelajari di pesantren terus berlanjut. Kegiatan bersama seperti diskusi kelompok, kerja sama tim, dan kegiatan sosial memperkuat ikatan antara anggota dan meningkatkan solidaritas. Solidaritas adalah salah satu kunci keberhasilan dalam organisasi, dan ini adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Tentu saja, ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses perkaderan di BPL HMI. Salah satunya adalah menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas. Namun, setiap tantangan selalu membawa peluang. Ini adalah peluang untuk mengembangkan diri dan mengasah kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi, serta memperkuat nilai-nilai Islam dalam diri setiap kader.
Pengalaman sebagai santri yang mengabdikan diri di BPL HMI telah mengajarkan banyak hal tentang pentingnya keberislaman yang berkelanjutan. Nilai-nilai yang diajarkan di pesantren sangat relevan dan dapat diaplikasikan dalam proses perkaderan di BPL HMI. Dengan pendekatan yang moderat, seimbang, toleran, dan adil, kita dapat mencetak kader-kader yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritual.
BPL HMI adalah ruang pengabdian yang kaya akan peluang untuk melanjutkan misi Islam dalam konteks yang lebih luas. Melalui pengabdian di BPL HMI, santri dapat terus mengamalkan nilai-nilai Islam dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Ini adalah bentuk keberislaman yang dilanjutkan, di mana kita terus berusaha untuk menjadi individu yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Ada beberapa hal penting yang menjadi catatan serius untuk gagasan ke depan, yang kita sebut “Istilah” Program unggulan. Salah satunya. Pertama: Halaqah Perkaderan – Forum tahunan untuk perwakilan BPL HMI Cabang Se-Indonesia membahas gagasan baru dalam menjawab tantangan perkaderan. Kedua: Instruktur Berdaya – Simposium dengan Kemendikbud dan Kemenag RI, dan juga menyediakan informasi beasiswa S2 dan S3. Ketiga: E-BPL – Program untuk mendigitalisasi manajemen perkaderan, termasuk digitalisasi data, kurikulum dan hal lainnya, untuk memastikan akses informasi terbaru bagi semua instruktur dan meningkatkan proses perkaderan yang inklusif dan modern. Empat: BPL HMI Profetik – Melaksanakan nilai-nilai kenabian, termasuk forum khusus bagi instruktur hafidz Al-qur’an.
Terakhir, mari kita bersama-sama berikhtiar untuk BPL HMI yang lebih baik dan berikan amanah pada orang yang dirasa pantas, layak, untuk BPL HMI yang berperadaban.
*) Penulis adalah calon Ketua Umum BPL PB HMI 2024-2026.