PAMEKASAN, YAKUSA.ID – Tak gampang mengubah pola pikir para milenial yang terlibat dalam dunia balap liar, namun memberikan fasilitas agar hobi mereka tersalurkan dengan baik dan benar, menjadi upaya dalam mengurai sedikit demi sedikit ke arah perilaku yang lebih baik dan berfaidah.
Begitu yang dilakukan Ipda Nur Fajri Alim, salah satu perwira yang bertugas di Polres Pamekasan itu.
Sebagai polisi yang kini menjabat sebagai Kanit Tipidkor Satreskrim Polres Pamekasan, Fajri begitu peduli pada kalangan milenial, terlebih pada kreativitas mereka yang mempunyai hobi balap liar.
Dalam benak Fajri, para pembalap liar hanya membutuhkan fasilitas untuk meluapkan bakat yang dimilikinya.
“Kadang mereka yang nekat melakukan balap liar karena hobinya tak tersalurkan, mereka hanya perlu fasilitas saja,” ujar Fajri, pada YAKUSA.ID, usai mengikuti upacara Hari Bhayangkara ke-78, Senin, 01 Juli 2024.
Selain tugas utamanya sebagai seorang polisi, Fajri juga memimpin para anak muda hingga komunitas motor. Ia meluangkan waktu di luar kedinasannya untuk menyapa para anak muda serta para remaja yang menyukai balap liar. Ia kerap kali menyapa mereka saat hendak ingin balap liar.
“Polisi tugas utama, tapi mengedukasi dan berbaur bersama mereka yang suka balap liar itu menjadi misi dalam mewujudkan kamtibmas. Ya, paling tidak agar mereka tak lagi terjebak dengan hobi yang bisa membahayakan mereka dan para pengendara lainnya” ujarnya.
Hobi Fajri di masa lalu sebagai penggila balap liar , saat duduk dia di bangku SMA, membuatnya tak apatis pada mereka. Fajri mengungkapkan, mereka yang suka balap liar bisa menjadi bekal positif bila difasilitasi.
Fajri sempat mendukung langkah Pemkab pada beberapa tahun silam soal sirkuit khusus balapan. Satu sarana yang bisa mengurai maraknya balapan liar di Bumi Ratu Pamelingan.
Namun sayang, kebijakan itu tak bertahan lama lantaran arena balapan yang ditempatkan di luar Stadion Gelora Pamelingan itu hanya bertahan sebentar.
“Kalau sudah demikian, ya mereka para penggila balap liar akan tetap saja menunjukan cara mereka di jalanan,” terang Fajri.
Fajri bercerita, bila dirinya sering begadang saat harus menemui para penggila balap liar. Beberapa dari mereka bahkan tak tahu bila Fajri seorang polisi. Cara yang tak biasa ditempuh Fajri demi humanisme kepolisian. Ia mengaku tak mau ada sekat antara dirinya yang polisi dengan masyarakat, khususnya mereka yang suka balap liar.
Kedekatan dengan penggila balap liar itulah yang membuatnya menggagas Police Enjoy satu tahun silam. Sebuah wadah yang yang ingin mencerminkan bahwa seorang polisi pun bisa berbaur dengan para pembalap, atau penggila balapan liar.
Ia juga mengamini permintaan para rider hingga anak muda untuk memiliki bengkel khusus para pembalap. Bengkel itupun sudah diresmikan pada bulan Maret 2024 lalu.
Teruskan Jejak Sang Ayah
Menjadi seorang polisi, tidak lantas membuat Ipda Nur Fajri Alim lupa daratan. Sebab apa yang telah ia raih saat ini ada pengorbanan dan perjuangan kedua orang tuanya yang mengantarkannya pada tangga kehidupan yang jauh lebih layak.
Dia menyadari, usaha bengkel milik mendiang ayahnya menjadi salah satu alasan yang membuat dirinya tertempa sebagaimana kata Tan Malaka ‘terbentur, terbentur, terbentuk’. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah melupakan apalagi berhenti menggeluti dunia perbengkelan.
Hal ini yang menjadi cikal bakal lahirnya PE246. Bengkel yang spesifikasinya untuk motor balap (road race), serta lahirnya gerakan revolusioner dalam dunia otomotif, yakni Police Enjoy yang memiliki latar dan misi visi Racing Team.
Dia bercerita bahwa dulu, sejak SMA dia sudah bergumul dengan dunia perbengkelan. Setiap pulang sekolah, dia pasti ke bengkel. Berbeda dengan teman seusianya yang pergi bermain.
Bahkan, dia mengaku, tidak jarang saat dia bekerja di bengkelnya, teman-temannya justru menertawakan. Mereka menganggap bahwa pekerjaannya bukan sebuah pekerjaan bonafit.
“Saat itu saya pulang dari bengkel dan berpapasan dengan beberapa teman saya, tapi anggapan mereka sungguh apatis, dari sanalah kemudian saya terbersit untuk bisa masuk di akademi kepolisian,” ujarnya.
Luncurkan PE246 dan Police Enjoy
Kesukaannya pada dunia otomotif semakin melekat pada diri Fajri Alim. Dia pun meluncurkan PE246 dan Police Enjoy pada Rabu (3/4/2024) lalu.
Kehadiran PE246 dan Police Enjoy menjadi wadah bagi Fajri dalam mewarnai dunia otomotif, serta untuk mewadahi para anak muda yang gemar balap liar.
Bak sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Kehadiran Police Enjoy semakin mempererat jalinan silaturahmi dan ikhtiar Ipda Fajri dengan para anak muda yang suka balap liar maupun yang tergabung dalam klub motor.
“Bismillahirrahmanirrahim, atas izin Allah SWT, mudah-mudahan ini menjadi wadah sebagaimana yang diharpakan, yakni untuk merubah pola pikir anak muda dan menjadi wadah untuk berkreasi dalam dunia otomotif,” katanya.
Diketahui, PE246 merupakan bengkel yang spesifikasinya untuk motor balap (road race). Ada pun Police Enjoy yang memiliki latar dan misi visi Racing Team.
Melalui Racing Team yang dibangun bersama Djava dan Kawahara itu sejatinya ingin merubah mindset para milenial, bahwa berlaga di event resmi jauh lebih bergengsi.
Terlebih lagi, menyangkut urusan moral dan inisiatif, dalam mensosialisasi sebuah skema cooling system, di tengah atraktifnya hobi otomotif para milenial, yaitu balapan liar.
Awal Mula Fajri Masuk Akademi Kepolisian
Fajri tak sungkan menceritakan awal mula dirinya menjadi seorang polisi, profesi yang dulu tak sempat ada di benaknya.
Dia mengaku tidak pernah berkeinginan untuk menjadi seorang polisi, apalagi sampai menduduki jabatannya saat ini. Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga menengah ke bawah, selepas tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirinya hanya menjalankan usaha bengkel turun temurun dari sang bapak. Dunia mesin memang sudah menjadi teman karibnya, bahkan sejak sekolah.
“Sungguh memang tak masuk akal, saya bukan anak polisi, ikut tes masuk polisi hanya berbekal doa orang tua,” katanya.
Pertama kali ikut tes polisi, Fajri tak langsung diterima begitu saja. Ia mengaku bahkan harus tiga kali mengikuti tes hingga akhirnya ditanyakan lolos.
“Dulu sempat masuk PMDK jurusan perkapalan di salah satu kampus ternama setelah lulus SMA,” terangnya.
“Tapi ternyata bukan takdir saya. Saya lalu ikut tes masuk polisi dan pada tes yang ketiga akhirnya keterima,” sambung Fajri.
Polisi Tempat Mengabdi
Bagi Ipda Nur Fajri, polisi adalah salah satu profesi untuk mengabdi untuk bangsa dan negara. Ia tetap meyakini bahwa polisi berperan penting dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Tugas utama polisi itu memang mengabdi, meski saya akui masih banyak anggapan miring kepada kami gegara ulah oknum,” terangnya.
“Saya tetap yakin polisi baik di negeri masih ada, polisi yang tulus mengabdi pada bangsa ini juga masih ada,” pungkas Fajri. (YAKUSA.ID-SIB/DIN)