YAKUSA.ID – Gagas Nusantara, sebuah organisasi yang fokus pada kebijakan pangan, menyuarakan keprihatinan terhadap kualitas cadangan beras yang dikelola Perum Bulog.
Meskipun stok beras nasional mencapai rekor 3,7 juta ton per 13 Mei 2025, Direktur Gagas Nusantara Romadhon Jasn menegaskan bahwa kualitas harus menjadi prioritas utama agar ketahanan pangan terjamin.
“Kuantitas cadangan beras memang penting, tetapi kualitasnya adalah kunci ketahanan pangan sejati,” ujar Romadhon Jasn dalam keterangan persnya, Jumat (16/5/2025).
Ia menyoroti kebijakan Bulog yang mewajibkan pembelian semua gabah dari petani tanpa seleksi ketat, sehingga menghasilkan stok beras dengan mutu yang bercampur.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengklaim cadangan beras saat ini adalah yang tertinggi dalam sejarah. Namun, laporan terbaru mengungkapkan bahwa sekitar 300.000 ton beras mengalami penurunan mutu pada April 2025, menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas pengelolaan stok nasional tersebut.
Kebijakan Bulog yang mengharuskan penyerapan semua gabah, termasuk yang bermutu rendah, menjadi salah satu penyebab utama masalah ini.
Akibatnya, Bulog harus menanggung biaya tambahan untuk penyimpanan dan perawatan stok yang seharusnya bisa dihindari dengan standar kualitas yang lebih baik.
Seorang ekonom pertanian dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Wijaya, memberikan pandangannya terkait isu ini.
“Jika kualitas tidak dikendalikan, cadangan beras berisiko tidak layak konsumsi saat dibutuhkan. Ini bukan hanya pemborosan, tetapi juga ancaman nyata bagi ketahanan pangan,” katanya kepada awak media.
Romadhon Jasn menganalisis bahwa mendukung petani memang penting, namun tidak boleh mengorbankan fungsi cadangan beras.
“Kebijakan saat ini menciptakan dilema: membantu petani tetapi melemahkan stok nasional. Harus ada keseimbangan yang lebih baik,” tegasnya, ia menekankan perlunya reformasi dalam pengelolaan pangan.
Publik semakin vokal menyuarakan kekhawatiran mereka, termasuk potensi pemborosan anggaran negara dan ancaman terhadap stabilitas pangan. Jika beras bermutu rendah ini sampai disalurkan, kepercayaan masyarakat terhadap program pangan pemerintah bisa tergerus signifikan.
Untuk mengatasi masalah ini, Romadhon Jasn merekomendasikan agar Bulog menerapkan standar kualitas minimum dalam penyerapan gabah.
“Kami juga mendorong insentif bagi petani yang menghasilkan gabah bermutu tinggi serta investasi pada teknologi penyimpanan modern,” katanya, menawarkan solusi konkret.
Gagas Nusantara berkomitmen memantau langkah Bulog ke depan dan akan terus mengadvokasi kebijakan yang mengutamakan kualitas cadangan beras.
Organisasi ini juga berencana membuka dialog dengan pemangku kepentingan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pangan nasional.
“Ketahanan pangan tidak boleh dikompromikan demi angka semata. Kami mengajak masyarakat untuk turut mengawasi agar cadangan beras benar-benar dapat diandalkan,” tutupnya, menegaskan urgensi perbaikan kebijakan. (YAKUSA.ID-HS)












