Oleh: Mita Handayani (Peserta Advanced Training Badko HMI Sumatera Barat)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. Pendiriannya digagas oleh seorang anak muda Sipirok yang bernama Lafran Pane. HMI didirikan pada 15 Rabiulawal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947.
Organisasi ini turut serta untuk berdiplomasi dan mengangkat senjata dalam melawan penjajah demi kemerdekaan bangsa Indonesia. HMI tak pernah absen dalam momen-momen penting sejarah bangsa ini.
Bahkan, Jendral Soedirman pun secara terang-terangan pernah mengatakan bahwa HMI tidak hanya sebuah akronim yang diartikan sebagai sebagai Himpunan Mahasiswa Islam.
Akan tetapi, HMI juga merupakan Harapan Masyarakat Indonesia. Ia ada untuk memberikan harapan besar pada bangsa ini bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan dapat maju dengan usahanya sendiri.
Dalam anggaran dasar (AD) HMI pasal 9 menyatakan bahwa organisasi HMI berfungsi sebagai organisasi kader. Oleh sebab itu, perkaderan adalah jantungnya organisasi yang harus terus dihidupi dan haram untuk dimatikan. HMI membagi sistem perkaderan formalnya dalam bentuk Latihan Kader I (LK I)/Basic Training, Latihan Kader II (LK 2)/Intermediate Training dan Latihan Kader III (LK III)/Advance Training.
Mengingat pentingnya perkaderan, HMI Badan Koordinasi (Badko) HMI Sumatera Barat (Sumbar) menjemput amanah organisasi itu dengan mengadakan LK 3 HMI Badko Sumbar dengan mendatangkan sebanyak tiga puluh satu (31) kader HMI dari Sabang sampai Merauke. Mereka dikumpulkan dalam suatu forum untuk membahas perihal keumatan dan kebangsaan.
Hal utama dari dilaksanakannya LK 3 ini demi terbinanya kader pemimpin yang mampu menerjemahkan dan mentransformasikan konsepsional secara profesional dalam gerakan perubahan sosial. Dalam hal ini, secara jelas dapat kita lihat bahwa orientasi dari LK 3 HMI ini adalah untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa. Menciptakan para kader yang mampu menawarkan solusi dari setiap permasalahan yang ada di negara ini.
Sebagai provinsi yang memegang teguh falsafah Adat Basandi Syara’ (ABS) Syara’ Basandi Kitabullah (SBK), HMI Badko Sumbar menjalankan proses training LK 3 dengan mengkolaborasikan nilai-nilai yang ada di HMI dan nilai-nilai dari falsafah ABS-SBK tersebut. Dalam forum ini pun para kader dibangun rasa kekeluargaannya satu sama lain.
Rasa kekeluargaan ini terus dipupuk agar para kader merasa saling terhubung satu dengan yang lain. Dengan begitu, mereka dapat membangun relasi dan bermuara pada konsolidasi, sehingga mereka dapat berbuat lebih besar untuk persoalan keumatan dan kebangsaan. Merujuk pada pasal 7 Anggaran Dasar HMI, yang berhak menjadi anggota HMI adalah setiap orang yang berstatus sebagai mahasiswa.
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat memiliki peran sebagi agent of change dan social control di tengah-tengah masyarakat. Ia harus selalu hadir dalam setiap persoalan yang dihadapi masyarakatnya. Jika melihat fenomena hari ini, ada beberapa oknum HMI yang senang untuk “berpacaran” dengan para elit dan abai dengan kaum-kaum mustadh’afin.
Menyikapi hal ini, penulis mengajak para kader untuk lebih berkontemplasi dan bertanya pada diri mereka sendiri tentang mengapa dan bagaimana Ayahanda Lafran Pane mendirikan himpunan tercinta Ini akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa proses perkaderan HMI suatu hal yang sangat penting untuk terus dilakukan mengingat sejarah panjang perjuangan HMI untuk terus membersamai persoalan-persoalan bangsa dari masa ke masa.
Perkaderan adalah adalah jantung dan urat nadinya HMI. Selama perkaderan masih ada, maka HMI akan tetap hidup. Memang, tak ada organisasi yang sempurna. Sisi gelap dan sisi terang adalah dua hal yang tak bisa dinafikan keberadaannya. Akan tetapi, penulis yakin dan percaya bahwa masih banyak orang yang menyayangi himpunan tercinta ini. Mereka akan terus menjaga nilai-nilai baik yang ada di HMI. Orang-orang itu insyaallah akan dilahirkan dari LK 3 HMI Sumatera Barat hari ini.