JAKARTA, YAKUSA.ID – Maraknya kasus perokok usia dini jadi perhatian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Dalam detikcom Leaders Forum, Aprindo mengusulkan agar edukasi kesehatan khususnya mengenai dampak dari rokok dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
“Kalau pandangan kami kesehatan itu keputusan pribadi, bukan siapapun. Jadi bagaimana supaya edukasi itu, literasi itu masuk di kurikulum? Sudah ada tidak kurikulum kita? Jangan dilarang yang resmi, tapi karena yang resminya makin mahal karena cukai naik ilegalnya yang lebih banyak,” kata Ketua Umum Aprindo Roy Mandey melansir detik.com, Rabu (29/5/2024).
Roy bahkan terang-terangan jika saat ini Aprindo tengah gencar mengedukasi masyarakat khususnya agar anak-anak tidak membeli rokok. Salah satu contohnya adalah adanya iklan layanan masyarakat.
Meski demikian, Roy mengatakan bahwa persoalan tembakau tidak hanya bisa melihat aspek kesehatan saja tetapi juga faktor ekonomi.
“Soal anak kita concern, segala upaya kita lakukan, iklan layanan masyarakat di gerai-gerai bahkan gambar-gambar horor di rokok sudah banyak, tapi ga cukup dari situ,” bebernya.
Sat ini, Roy mengatakan ada 6 juta pekerja di industri rokok. Jika industri tersebut melesu, ia mengatakan daya beli masyarakat bisa turun, hal ini notabene berdampak terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab itu, Roy mengatakan bahwa penyadaran kesehatan untuk bahaya merokok bisa dimulai dengan menggunakan pendekatan edukasi terhadap masyarakat, bukan hanya dari aspek pengetatan regulasi industri saja.
“Pembahasan ini harus secara holistik dan melibatkan berbagai kementerian dan lembaga,” pungkasnya. (YAKUSA/003)